source.net |
Sinetron dengan tema cinta sudah biasa, namun yang satu ini kisahnya
dibarengi dengan atraksi permainan sepeda oleh segerombolan anak muda, menarik
untuk dilihat, anak-anak pun jadi ikut-ikutan.
Kisahnya si
Udin. Anak seorang supir angkot. Jago main sepeda, BMX tepatnya. Bersama
teman-temannya ia menjadikan sepeda sebagai aktivitas yang rutin dilakukannya.
Bahkan dengan bermain BMX, ia berhasil menjuarai kejuaraan nasional BMX.
Begitulah
sekelumit cerita Go BMX. Sinetron yang tayang setiap hari di MNCTV ini rupanya
menghadirkan nuansa yang berbeda. Trik bermain BMX dengan segala jungkir
baliknya menggunakan sepeda, dipadukan dengan kisah cinta klasik tokoh
utamanya, ternyata mampu menyedot banyak pemirsa. Terlebih jam tayang di waktu
premier membuat sinetron ini hampir ditonton segala usia, tak terkecuali
anak-anak.
**
Bermain
sepeda menjadi salah satu hobi sebagian besar anak-anak. Tak terkecuali saya,
zaman SD dulu sering bermain sepeda setiap ada waktu luang. Tak kapok meski
berulangkali jatuh, terjungkir, atau terperosok nyungsep karena masih newbie.
Tapi, zaman
sekarang sudah berbeda. Saya kira sepeda bukan lagi hal utama kegemaran
anak-anak di tengah maraknya permainan game online yang lebih mengasyikan.
Namun, rupanya dugaan saya salah. Tetangga saya yang rata-rata masih duduk di
bangku sekolah dasar, tetap menjadikan permainan sepeda sebagai hal yang rutin
mereka lakukan. Bedanya, permainan sepeda yang mereka lakukan tak hanya sekadar
mengayuh berkeliling jalan di sekitar rumah, namun dengan polosnya mereka
ikut-ikutan mencoba atraksi BMX yang ada pada sinetron Go BMX. Awalnya mungkin
itu hanya kebetulan, tapi ketika saya di jalan raya pun menjumpai segerombolan
remaja tanggung yang melintasi perempatan sambil sedikit atraksi dengan
mengangkat-ngangkat sepeda mereka.
Menurut
teori cultivation, sesuatu yang ditayangkan di televisi bisa mempengaruhi
penontonnya sepertinya masih berlaku pada efek sinetron Go BMX. Jika kini,
teori ini dipandang sudah ketinggalan zaman, nyatanya tak begitu benar.
Buktinya masih banyak anak-anak yang bermain sepeda mengikuti adegan yang ada
di Go BMX, barangkali merupakan praktik dari teori ini.
Akibat dari
meniru trik-trik bermain sepeda BMX, beberapa tetangga saya yang masih duduk di
bangku SD mulai luka-luka baik tangan, kaki, bahkan mukanya. Lecet akibat
terjatuh dari sepeda setelah menirukan beberapa trik BMX. Salah satunya bahkan
harus menerima jahitan di bagian dagunya
sedangkan yang lain mengalami luka-luka ringan.
Tentu
dampak yang demikian tidak pernah diingankan terutama oleh orang tua anak-anak
itu. Bukan menyalahkan sinetronnya juga yang telah memberikan warna baru,
karena di akhir cerita juga terdapat himbauan dilarang mengikuti adegan dalam
sinetron tanpa dampingan profesional. Namanya juga anak-anak, jika dianggapnya
menarik tentu akan semakin penasaran untuk mempraktikannya. Dan berlomba-lomba
untuk dapat memperagakan trik BMX yang paling hebat. Namun, tak menyalahkan anak-anak
pula yang telah meniru beberapa adegan di sinetron. Toh, nyatanya memang seru
kan sinetron dan trik BMX nya?
Butuh
berbagai macam pihak untuk bijak dalam menyikapi sinetron yang tayang setiap
hari di tv dengan dampak yang mungkin akan berakibat pada anak-anak. Pengawasan
orang tua memang penting, dengan memberikan nasihat selama sinetron itu
ditayangkan untuk jangan sekali-kali mencoba bermain sepeda jungkir balik jika
tanpa dampingan orang ahli. Jika anak sudah terlanjur gemar bersepeda, bisa diarahkan
untuk mengikuti pelatihan. Entah untuk perlombaan balap sepeda, atau trik-trik
BMX. Arahkan bakat dan minat anak sesuai jalur yang benar. Tontonan sinetron Go
BMX telah membawa efek yang luar biasa. Terlebih
sekarang sudah ada Go BMX sesson 2 yang kembali hadir menyapa penggemarnya. Akan
berdampak positif jika diarahkan secara tepat untuk kemajuan olahraga sepeda.
Komentar
Posting Komentar