Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Ditya Menikah

Foto diambil sekitar jam 9 malam, udah pada pulang :( Aku bingung mau ngomong apa. Jangankan ngucapin selamat, pertama ketemu malah langsung peluk erat.  Tau apa yang diucap? Ngga ada. Kami cuma saling tangis. Beberapa detik, hitungan menit. Di tengah tarub antara pondokan dan meja buku tamu.  Tadinya udah nyiapin rentetan permintaan maaf karena datang telat, dan rapalan doa untuk kehidupannya setelah menikah. Tapi, kata-kata itu tertelan di tenggorokan dan berganti dengan sesenggukan.  Sungguh, bego pake banget. Temenku menikah, dan aku datang tanpa mengucap selamat, apalagi maaf karena dateng paling telat.  Sekali lagi ya Dit, aku bingung mau ngomong apa.  Rasanya masih ngga percaya, temen yang paling julid tiap tengah malem kalo wa ku masih online pasti ditanya, "Kamu si ngapain jam segini belum tidur?"  Atau "Kamu lagi chatan sama siapa jam segini belum tidur?"  Rasanya masih ngga percaya, temen yang punyai golongan darah sama

Review Buku: Di Kaki Bukit Cibalak

Judul Buku : Di Kaki Bukit Cibalak Penulis         : Ahmad Tohari Tahun Terbit: Cetakan kelima 2015, Cetakan Pertama 1994 Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Tebal : 176 halaman ISBN : 978-602-03-0513-4 Ringkasan Novel karya Ahmad Tohari ini menceritakan tentang Pambudi, seorang pemuda dari Desa Tanggir yang berusaha mendobrak sistem tatanan pemerintahan di desanya. Pambudi yang awalnya bekerja di koperasi lumbung desa merasa cara kerja koperasi tersebut sudah tidak sesuai dengan tujuan awalnya. Bukan lagi menyejahterakan masyarakat pada umumnya, namun hanya untuk menyejahterakan sekelompok anggotanya.  Pambudi sempat diajak bekerjasama untuk berbuat curang oleh Lurah Desa Tanggir, Pak Dirga. Meski ditawari keuntungan sedemikian rupa untuk memperbaiki kehidupan perekonomiannya, namun Pambudi tetap pada pendiriannya. Pambudi menolak. Bukan hanya menolak, Pambudi memilih mengundurkan diri dari pekerjaannya.  Pak Dirga tak senang dengan sik

Ketika Ibu Melakukan Tindakan Preventif Part II

Anak ibu ada empat. Semuanya perempuan. Sekali ada teman laki-laki yang main ke rumah, ibu bertanya, “itu siapa, anak mana, ada perlu apa, temen yang mana, temen sekolah, temen kelas, temen main, apa temen temenan?” Part I bisa dilihat di sini : Ketika Ibu Melakukan Tindakan Preventif Begitu kali ya kelak kalau punya anak semuanya perempuan. Betapa sangat dijaga dan hati-hatinya seorang ibu menyayangi anak-anak perempuannya.  Kalau dulu cerita part I itu tentang saya, kali ini tindakan preventif yang ibu lakukan untuk adik perempuan pertama saya. Dia masih SMA, cantik jelita, pinter banget pula. Kurangnya satu, nggak bisa naik motor.  Tiap hari bapak/ ibu kudu antar jemput ke sekolah yang jaraknya 6 km lebih. Suatu hari, bapak nggak bisa nganterin karena keluar kota. Ibu bisa anter tapi nggak bisa jemput karena masih kerja. Nah, ijinlah adik saya untuk pulang sekolah bareng temannya –cowo. Sekali nganterin, ijin diberikan. Eh ternyata keterusan. Alasannya, adik sa

Menjadi Sulung yang (di)Manja

Saya hidup dalam kemanjaan yang diberikan oleh ibu. Entah itu membuat saya jadi beruntung atau justru membuat saya jadi tumpul. Beruntung karena tak semua anak akan mendapatkan semua yang diinginkan tanpa perlu bersusah payah. Tumpul karena saya menjadi kurang peka melihat keadaan di sekelilingnya. Bayangkan ketika semua yang kamu butuhkan telah ibu sediakan tanpa perlu meminta. Bayangkan ketika kamu meminta saat itu juga ibu akan mengabulkan. Itulah model perlakuan ibu yang ibu ajarkan pada anak-anaknya. Anak ibu ada empat. Saya anak kedua yang saat ini melakoni tugas sebagai anak pertama - sebab mba saya sudah menikah. Saya masih memiliki dua adik yang jaraknya enam tahun dan lima belas tahun. Apakah terdapat perlakuan berbeda? Yang saya rasakan tidak ada. Berlakon sebagai anak sulung nyatanya saya tetap dimanjakan dengan dipenuhi segala kebutuhan. Hampir-hampir saya tak ingin sambat apa pun terhadap apa pun sebab ibu telah memberikan yang terbaik dalam seg

Review buku The Child

Judul Buku : The Child Penulis         : Brian Garfield Penerjemah : The Paladin Tahun Terbit : 1979 Penerbit       : Matahari Tebal            : 566 halaman ISBN            : 978-602-1258-71-2 Review Beberapa kali pertemuannya dengan Perdana Menteri Inggris Mr Churchill secara tidak sengaja, membuat Christopher menemui takdirnya. Christopher seorang anak berusia 14 tahun, mendapat tugas melakukan spionase yang dikamuflase dalam kegiatannya sembari bersekolah.   “Sekarang Christopher muda, aku ingin bertanya padamu apa kau bersedia untuk melakukan sebuah pekerjaan untuk kami – sebuah pekerjaan berbahaya untuk Raja dan negerimu?,” Mr Churchill (hal 31). Tugas pertama yang diterimanya memata-matai tentara Belgia. Christopher diperintahkan untuk melakukan spionase di chateau (salah satu pusat politik Belgia dan Luxemburg) untuk melaporkan apa pun yang dianggap penting dari tentara Belgia. Dengan dalih liburan bersama teman sekolahnya, Christopher mela

Ketika Ibu Melakukan Tindakan Preventif

Kali ini saya akan bercerita bagaimana ibu melakukan tindakan preventif dalam banyak hal, seperti: 1. Ngga boleh keluar lebih dari jam 9 malam 2. Ngga boleh pergi nonton berdua sama laki-laki 3. Ngga boleh pergi berdua sama laki-laki yang belum ibu kenal 4. Bebas pergi sampai jam berapa pun, kemana pun, dengan siapa pun yang penting judulnya bersama TEMAN. Selain tentang pertemanan, ibu juga selalu melakukan tindakan preventif dalam hal: 5. Selalu sedia mantel di motor minimal dua, tak peduli cuaca panas dingin kemarau hujan gerimis mendung atau terang benderang. 6. Selalu pake jaket ketika berkendara, jangan lupa kancing jaket sampai menutup leher. 7. Harus selalu pakai helm meskipun pergi cuma berapa meter. 8. Selalu isi bensin jika sudah dua setrip. 9. Jangan lupa pintu rumah selalu dikunci, meski cuma ditinggal mandi. 10. Tidur ngga boleh pakai headset.   Namanya tindakan preventif, tujuan ibu melakukan hal itu tentu saja untuk mencegah hal-hal yan

Jangan Kecualikan Kontak Ibu

Apa yang kamu lakukan jika ibu kamu ternyata aktif di media sosial dan punya semua akun medsos. Kepikiran hidden tiap stories dari kontak ibu? Kepikiran sembunyikan foto-foto yang diposting di instagram? Kepikiran kecualikan kontak ibu untuk status facebook, whatsapp, dan instagram? Atau, membiarkan ibu menjadi teman dan mengawasi setiap postingan anaknya? (pasti yang ini jarang dilakukan). Sebagai remaja yang masih berada pada fase alay barangkali postingan anak-anaknya tidak cocok dilihat oleh ibu. Kalau pun bukan remaja yang alay, mungkin saja status anaknya cenderung bikin ibu cenut-cenut karena tak paham dengan yang anaknya tulis. “Kok tulisannya pakai simbol-simbol?” (padahal emoticon) atau “Kamu jangan ikut-ikutan aliran radikal.” (padahal saya yang doktrin mereka haha) Ketimbang ibu banyak tanya, mending sembunyikan saja. Barangkali seperti ini yang dilakukan banyak remaja. Mengikuti perkembangan zaman, tentu orang tua yang gemar bermain

Tentang Teman 123

tiga orang dalam satu kamera (saya dan dua orang di belakang) Manusia adalah pembelajar yang baik. Berikut adalah cerita saya yang belajar dari ketiga orang yang berbeda dengan karakter yang berbeda, dengan hasil pembelajaran yang berbeda pula. Sesungguhnya ketiga teman yang pernah dekat kemudian pergi tanpa sambat bukan berarti tak ada pelajaran yang tak bisa didapat. Pertama Berulangkali makan di luar sama keluarga kadang ibu heran kenapa saya lebih memilih memesan air putih ketimbang sajian minuman es lainnya. Jawab saya, “Ngga apa-apa bu biar ngga seret.” Sebenarnya alasan lebih sering meminum air putih atau air putih dingin karena saya pernah dikomentari teman (yang pertama) ketika sedang makan. Dia mengomentari pesanan minum es teh saya dengan berkata, “Kalau makan sebaiknya jangan minum es teh, mending es jeruk,” (soalnya dia pesan es jeruk) “Kenapa ngga boleh es teh?” “Karena kandungan yang ada dalam teh bisa menyerap nutrisi dari makanan yang kita makan. J

Review Buku 24 Jam Bersama Gaspar : Sebuah Cerita Detektif

Judul Buku       : 24 Jam Bersama Gaspar : Sebuah Cerita Detektif Penulis             : Sabda Armandio Alif Tahun Terbit    : 2017 Penerbit          : Mojok Tebal                : xiv + 228 halaman ISBN                 : 978-602-1318-48-5 Sebuah novel detektif bercerita perampokan toko emas namun tujuan utamanya menemukan kotak hitam. Sepanjang delapan bab, penulis membuat pembaca menerka isi kotak hitam. Apa alasan terbaik mencuri toko emas namun yang diincar justru sebuah kotak hitam? Namanya cerita detektif, jangan terkecoh dengan alur cerita. Bagi yang gemar mengikuti cerita detektif tentu selalu ada maksud tersembunyi dari semua cerita yang dimunculkan. Begini cerita 24 Jam Bersama Gaspar... Gaspar dan Perampokan Toko Emas Gaspar bukan nama sebenarnya, sedang merencanakan perampokan toko emas milik Wan Ali. Untuk melancarkan aksinya, Gaspar mengajak Agnes, Kik, Njet, Pongo, dan Pingi (bukan nama sebenarnya). Penggunaan nama samaran ini untuk melindung

2018 2019

senja menjelang pergantian tahun Tahun berganti. Mengulang tanggal lahir menanti. Resolusi ditata rapi. Harapan menjulang tinggi. Realita menunggu sembunyi. Takdir memang selalu misteri. Meski semua telah ditulis. Tetap saja harus dijalani tanpa dimengerti. Tahu-tahu terjadi. Terpenting telah siap menata diri. Jikalau yang terburuk terjadi. Rahasia Illahi. Terima kasih 2018 telah membuat cerita, menjelma kenangan dalam rupa tawa dan tangis, senang dan sedih, bahagia dan kecewa, rapuh dan bangkit. Satu hal yang perlu disyukuri, tahun ini banyak berkenalan dan mengenal orang-orang baru. Teman bertambah. Satu hal yang perlu dijaga, masih bersama orang-orang tersayang. Keluarga, sahabat, dan rekan. Jaga apa yang telah dimiliki. Kuatkan apa yang telah digenggam. Jangan mendendam hingga tujuh turunan. Ikhlaskan segala yang menyakitkan. Relakan semua yang meninggalkan. Harapan menjadi lebih baik itu pasti. Tapi, berkaca dari pengalaman sebagai cerm