Langsung ke konten utama

Postingan

Cerita Munggahan

Postingan terbaru

Temanku Suamiku

  Aku perlu menuliskan ini. Setidaknya untuk mengingat kembali bahwa aku punya teman yang paling setia. Tapi aku sering lupa dan merasa kesepian, hingga suatu hari aku berkata padanya..  "Aku ga punya teman lain selain mas. Setelah aku resign dari pekerjaan, aku ga ada temen ngobrol di saat jam kerja karena mas sedang bekerja, aku menahan 20000 kata yang seharusnya tiap hari aku ucapkan, aku hanya bisa nunggu sampai mas pulang. Aku, aku cuma berteman anime conan, dan ngelive pertandingan badminton, atau nonton drakor dan scroll sosmed. Aku dibekali banyak hiburan, tapi orang sesungguhnya di sampingku ya cuma mas. Kalo mas pulang kerja dan masih sibuk sama balesan wa kerjaan atau ajakan main game dari teman-teman mas, aku jadi ga punya temen buat ngobrol."  Dan lanturan lainnya yang masih panjang terus aku ucapkan sambil berbaring membelakangi mas, dan sesekali menyeka air mata. Mas mendengarkan semuanya, dan di tengah sesenggukanku mas memelukku dari belakang sambil berucap &

Baru

  Selamat datang di kontrakan baru! Awal bulan ini kami memilih pindah tempat tinggal. Setelah kurang lebih lima bulan di kontrakan yang lama, kami memutuskan butuh tempat tinggal yang sedikit lebih lega. Setidaknya agar aku bisa belajar masak. Karena ketika di kontrakan yang lama, aku sama sekali tidak pernah di depan kompor. Kompor satu tungku yang dibawa jauh-jauh dari kampung, tiap hari hanya aku pandangi tanpa pernah dipasang tabung gas. Hasilnya, aku dan suami selalu beli makanan di luar. Boros? Pasti. Tapi, kami melakukan itu memang karena kontrakan lama hanya satu petak, sehingga tidak cukup jika dipasang kompor. Sekalinya memasak, itu pun hanya memasak nasi atau sop yang bisa menggunakan magic com. Kontrakannya yang terlalu kecil, atau mungkin memang aku dan suami yang tak pandai menata tempat? Pada akhirnya, di sini kontrakan kedua yang aku tempati bersama suami. Kami memilih jauh dari pusat kota. Sebuah rumah dari pemilik warung makan di dekat tempat kerja suami yang

Sembilan Hari

Rabu, 09.08.23 Sembilan hari sudah aku berhenti dari pekerjaan. Aku memutuskan untuk berhenti bekerja demi lebih dekat dengan suami. Perjalanan berangkat kerja dari jam 5 subuh dan pulang jam 9 malam, menyita waktu lebih banyak di luar ketimbang di rumah. Selepas menikah, hampir-hampir aku tidak punya waktu untuk mengurus urusan rumah tangga. Lebih banyak suami yang mengerjakan. Mulai dari mencuci baju, mencuci piring, membereskan rumah, hingga menyiapkan makanan, suami lebih sering mengerjakan atas dasar keinginannya. Suami takut, kalau aku sampai jatuh sakit karena bolak balik perjalanan yang cukup jauh. Kondisi seperti itu tak berjalan lama. Kurang lebih hanya dua setengah bulan pasca menikah aku berhenti dari pekerjaan. Tentunya, setiap keputusan pasti ada yang harus dikorbankan. Bila ditanya, apakah rindu akan pekerjaan? Apakah ingin kembali menjadi wanita karir? Apakah ingin bisa menghasilkan uang sendiri? Jawabannya iya dan tidak. Iya karena aku ingin menjadi wanita y

Selamat Hari Pernikahan Sebulan!

  Selamat satu bulan lebih sehari suami aku! Walau pertemuan kita diawali dengan LDR dan pernikahan kita dijalani dengan LDM dua hari sekali, moga langgengnya sampai selama lamanyaaa.  Jangan pernah lelah anter jemput di stasiun Pwk dan Krw. Tempat yang jadi awal mula kita bertemu dan menjadi saksi kita bertamu tiap hari minggu. Tapi sekarang, menjadi tempat tujuan rutinitas tiap berangkat kerja.  Tetap tersenyum dan haha hihi dalam menjalani kehidupan suami istri. Tetep penuh tawa walau kita masih bingung mau tinggal di mana. Tetap penuh syukur karena obrolan kita selalu akur.  Jangan bosen walau teman berdiskusi dan berkisah kasih cuma sama istri lagi istri terus. Tetap kalem ketika di luar tapi begitu endel ketika di dalem rumah. Tetap bernyanyi riang gembira walau suara sama-sama tak enak didengar tapi rasa selalu tersampaikan.  Tetap ngga apa-apa menjadi WIBU, karena yang penting mencintai istrimu menjadi satu satunya tujuan suamiku.  Terima kasih sudah menjadi suami yang pintar d

Setahun

Menutup akhir tahun dengan posisi baru, ketika awal tahun dengan pekerjaan baru. Semoga bergantinya tahun segera menuju status baru. Ketika tulisanku mewujud doa. Dua tahun lalu, aku yang jobless hanya menginginkan kerja. Dan awal tahun sudah mewujud nyata.  Singkat cerita, setahun di tempat kerja berpindah ke posisi berbeda. Dengan jobdes yang bertambah, namun tetap di tempat yang sama. Dari perkenalan menuju bertahan. Dari belajar menuju berkembang. Meski aku terkadang lamban, tapi kemauan untuk sejajar selalu aku usahakan.  Satu dua kali mengeluh tentang kerjaan. Dua tiga dan lebih berkali-kali menikmati pekerjaan.  Jika tahun ini masih dalam penyesuaian, menata tahun depan dengan target yang sudah ditetapkan. Setahunku tak hanya soal kerjaan. Ternyata 2021 juga menyediakan ruang perasaan. Untuk seseorang yang kukenal setahun ini juga, kabarnya sebentar lagi akan datang.  Ah, andai ini roman picisan. Berlarut-larut akan terbawa perasaan. Lain kali akan aku ceritakan. Bagaimana perke

Aku Lega

dokumentasi yahya Tahu ngga, apa yang senang dari sebuah percakapan menjelang tidur malam?  Bahwa didengarkan dan mendengarkan adalah dua aktivitas yang melegakan.  Semalam, aku sedang lelah. Bukan karena pekerjaan apalagi karena kamu, jelas bukan. Tapi, karena kepikiran terus menerus tentang sakitnya keluarga di rumah. Ragaku jauh di sini merantau untuk bekerja, tapi pikiranku jauh tertinggal bersama ibu, adek-adek, dan bapa di rumah.  Sedangkan kamu, jauh di sana ada untuk mendengarkan dan didengarkan. Aku lega. Seketika lelahku berkurang.  Kupikir mematikan paket data bisa jadi solusi agar pikiranku beristirahat. Tak tahu kondisi di rumah, tak tahu kabar apa-apa di rumah.  Tapi ternyata aku keliru. Tetap terhubung dan hadapi masalah adalah satu-satunya cara yang harus tetap kutempuh. Dan kau hadir di sana menjadi telingaku, menjadi rinduku.  Aku lega.  Semalam percakapan mengalir begitu saja. Tiba-tiba aku berkata,  "Bentar lagi ramadan,"  "Iya" jawabmu  "Ha