Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Ora opo-opo Ras!

Pagi yang cerah ditemani nyanyian burung dan sesekali suara motor. Ya, hari ini kuliah libur, maklum weekand. Tapi aku memaksakan diri ke kampus untuk mengikuti jadwal kuliah pengganti. Jalanan terasa lengang, menyebrangpun bisa setiap saat dilakukan. Karena aku berangkat terlalu pagi akhirnya aku mengunjungi kos salah satu temanku, Laras. Begitu sampai di sana aku tak melihat wujudnya, meski di luar sandal biru cerah masih ada di depan pintu yang biasa dia gunakan. Pantas saja, ketika di kamarnya yang aku temui justru Eci, dia sedang memandang hp-nya, entah sedang sms atau sedang online. Rupanya Laras baru mandi, suaranya yang masih serak dia paksakan untuk bernyanyi di kamar mandi. Melihat kamar temanku yang satu ini memang tidak seperti biasa. Tisu ada di mana-mana, dan benda-benda kecil entah itu sampah atau bukan berserakan di lantai. Tadinya aku biasa saja, toh aku sudah pernah melihat kamar yang lebih berantakan daripada ini. Begitu Laras selesai mandi, dia kaget meliha

Cemas

Entah pikiran, perasaan atau tindakan Ketika perasaan itu datang, hati kita seakan ditabuh genderang Tidak tenang, dan merasa gelisah Sebuah penantian ataupun perasaan was-was Konsentrasi menjadi buyar Pikiran tak fokus menjadi terpecah belah Firasat buruk mulai datang Menandakan sesuatu yang buruk akan tiba Mungkin ini hanya perasaan berlebihan Di kala hati menjadi tak tenang Tindakan ikut mengalir bersamanya Kecemasan menyelimuti semua Bagaimana bisa tenang? Hal yang dinanti tak kunjung datang Akankah memang tak akan datang Kecemasan ini menjadi kenyataan Mencoba berpikir positif Meski segalanya seakan rumit Cemas ini masih menyelimuti Berharap hilang dan yang dinanti kembali Konsentrasi dibutuhkan Tenang juga diharapkan Meski cemas tak kunjung hilang Maka doa kita panjatkan

Ungkapan Kata

Mungkin aku tak dapat menulis rangkaian kata seindah lirik lagunya Gita Gutawa “Rangkaian Kata” Mungkin aku tak dapat menulis cerita seromantis “Rectoverso” yang dibuat Dewi Dee Lestari Mungkin aku tak dapat membuat cerita yang penuh semangat layaknya novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata Tapi yang jelas, aku bangga karena aku menulis ini dari hati... Memang, menulis dari hati saja tidaklah cukup untuk dapat menghasilkan sebuah karya besar. Aku tak memiliki bakat menulis, hanya saja aku menyenangi aktivitas ini. Apa pun yang kulakukan, jika aku ingin mengabadikannya, menulis adalah langkah yang kuambil. Daripada berfoto-foto ria, menulis rangkaian kisah lebih bermakna untukku. Kata demi kata yang kutulis mengalir begitu saja, seakan apa yang dipikirkan selaras dengan hentakkan jari-jariku pada keyboard. Begitu dibaca tak begitu indah memang, namun aku senang tiap kali dapat menyelesaikan satu tulisan. Melalui #30HariMenulis ini langkah awal untukku berlatih meny

Politik Merambah Dunia Maya

Mendekati pilpres banyak media yang gencar memberitakan tentang capres dan cawapres. Tak terkecuali di dunia maya, bahkan jejaring sosial. Khususnya medsos (media sosial) yang paling banyak digunakan yaitu facebook dan twitter . Ketika sedang asyik bermain medsos, tiba-tiba muncul iklan yang isinya tentang capres dan cawapres. Bukan hanya sekadar iklan tentang dukungan terhadap capres tersebut, namun seringkali iklan yang ada di medsos memberitakan tentang keburukan-keburukan capres dan cawapres. Dunia politik memang dengan mudah merambah di segala bidang. Media sosial yang mayoritas banyak digunakan kalangan anak muda untuk sekadar bermain di dunia maya, sekarang ini justru digunakan sebagai ajang kampanye. Remaja sebagai pemilih awal akan dengan mudah disuguhi berbagai macam iklan-iklan politik. Dukungan bagi para capres melalui medsos boleh-boleh saja, apalagi hal itu sekaligus untuk memperkenalkan capres dan cawapres bagi remaja yang notabene tidak terlalu senang denga

Semangat ini

Semangat ini masih terselimuti kabut, hingga malu dan samar-samar menampakkan dirinya Tak ada lagi ambisi untuk mencapainya Mungkin bukan saat ini, atau memang tidak sama sekali Semangat ini memang belum padam Hanya saja belum terlalu nampak Tindakan ini ikut terbawanya Menjadi malas dan biasa-biasa saja Semangat ini butuh dibangunkan Dari tidur panjang di musim penghujan Sekarang aku membutuhkannya Tapi nyatanya masih belum ditemukan Aku mencari walau kadang lelah sendiri Mengitari dan berkeliling, mencari sampai ke tempat tersembunyi Barangkali semangat itu mau datang sendiri Tapi sepertinya itu akan mustahil Semangat ini, mulai bicara Mengatakan dirinya ada di suatu tempat Tempat yang teramat dekat denganku berada Tapi itu membuatku bertanya-tanya Hingga aku termenung, hampir hilang harapan padanya Namun aku justru merasakan kehadirannya Teramat dekat dan penuh kehangatan Nyantanya dia tak kemana-mana Aku baru menyadari

Diam

Susah merepresentasikan seseorang jika sedang diam. Kita tanya takutnya sedang marah, kita diam takutnya dia sedang ingin dipedulikan.   Aku diam saat aku marah. Susah meluapkan emosi, mungkin karena tak terbiasa juga untuk marah. Tapi marah yang dipendam dalam hati juga bukan sesuatu yang baik. Orang bilang, luapkanlah emosi karena itu akan melegakkan hatimu. Orang lain bilang, jangan terlalu lantang jika sedang marah, bisa-bisa kamu sakit jantung.  Semuanya benar, tapi tak selamanya benar.  Orang bijak bilang, manusia itu sabar ada batasnya. Jika sabar dalam hal ini berarti diam, kita bisa saja diam setiap saat terhadap segala kondisi yang menimpa diri kita dan itu akan membuat kita menjadi sakit. Sakit karena menahan luapan emosi, sakit karena tak bisa terlalu lama menahan diri, sakit karena kita tak bisa bersuara.  Diam seribu bahasa, pasti sering dengar kalimat tersebut. Diam seribu bahasa artinya kata diam memang dapat menimbulkan banyak arti. Orang hanya bisa mend

Keramahan itu Hilang

Lentik senyumnya tak terlihat lagi. Raut wajahnya berbeda dari beberapa bulan yang lalu. Ah, sudah lama tak melihat wajah ramahnya yang biasa kutemui. Kini berubah, semuanya berbeda seakan dingin yang terasa tak ada lagi keramahan walau sekadar senyuman. Marahkah? Entah, mungkin aku juga yang tak peka. Tapi kalaupun iya, seperti yang dipertanyakan kebanyakan orang, “Aku salah apa?” Aku tak mau terlalu banyak menduga, aku takut yang ada dugaanku hanyalah pikiran negatif tentangnya, aku tak mau seperti itu. Tapi aku juga tak bisa diam saja menerima ini. Kenal tapi tak menyapa, kenal tapi tak bicara, kenal tapi tak menegur. Dingin kan diperlakukan seperti itu, sedangkan kita tak tahu apa yang habis kita perbuat hingga menyebabkan seseorang berlaku demikian. Saat ini yang jelas di matanya tak lagi terlihat keramahan, arah pandangannya telah berpaling dan tak mau melihatku atau pura-pura tak melihatku atau sengaja tak ingin melihatku. Ah, aku mencoba tak ingin men

Anak Rumah vs Anak Kos

“Ayoo selesai rapat main dulu...” teriak salah satu anak kos yang kosannya dekat kampus. “Ah jangan ah, aku mau langsung pulang aja,” sela salah seorang anak rumah. Yaa begitulah sedikit gambaran perbedaan cara bermain anak kos dan anak rumahan. Bukan cara bermain juga sebenarnya, lebih tepatnya pengawasan yang dilakukan ketika berada di rumah dibandingkan saat berada di kosan. Jelas hal itu sangat berbeda. Biasanya anak kos paling gemar jika diajak jalan-jalan. Sekalipun jalan-jalan itu hanya sekadar jalan keliling kampus dan masih di sekitar kosan. Tapi yang terjadi, momen selesai rapat kegiatan mahasiswa di luar kampus justru digunakan untuk jalan-jalan. Jalan-jalan seakan agenda wajib sekalipun itu bukanlah agenda terpenting. Dan meskipun jalan-jalan sudah diagendakan sendiri, dalam kepengurusan organisasi biasanya hal itu dilakukan lebih dari satu kali. Jalan-jalan bersama teman-teman organisasi bagaikan obat paling mujarab di tengah deadline acara yang belum tere

Takut

Malam, ramai, gelap, bintang dan bulan Gambaran malam ini ketika aku melewati jalan Penuh sesak kendaraan karena ada pameran Bukan itu yang dipermasalahkan, namun suatu hal yang membuatku merasa ketakutan Entah wajar, entah tidak Rasa takut ini datang tiap kali aku diperjalanan Rasa takut ini datang ketika ngantuk mulai menghadang Rasa takut ini menguasai alam bawah sadar ketika aku hendak terlelap Aku memang masih di kendaraan Rasanya tempat tujuan begitu lama ku nantikan Aku ingin cepat sampai Aku ingin lepas dari selimut ketakutan Bukan mimpi buruk, bukan kenyataan Rasa takut ini hanya sekadar perasaan Perasaan yang teramat besar menguasai diriku yang setengah sadar Antara tidur atau tersadar Aku dikuasai ketakutan Bukan ini yang kuinginkan Aku tak mau terus merasa ketakutan Aku tak mau dilanda kekhawatiran Dari rasa takut yang terlanjur teramat besar datang di pikiran Ah, akhirnya aku sampai Tak usah terlalu dipikirkan Lebih

Menuju Tengah Malam

Ini kisah bukan tentang setan yang biasa kalian dengar Tengah malam waktu yang tenang Untuk kita berpikir lepas, bebas dan bersantai ria Melepas penat dari seharian bekerja, kuliah atau sekolah Aku memilih bersandar di depan keyboard hitam Menghentakkan jari jemariku, walau itu bukan untuk tulisan Hampir tengah malam, belum ada niatan untuk menulis Rasanya setengah hati, lebih tepat malas Meski sempat terpikir beberapa waktu silam Nyatanya pikiran itu hilang terbawa ombak dunia maya Jari jemariku mengajak cursor untuk berselancar Derasnya ombak dunia maya membuatku ketagihan Larutnya malam, aku baru teringat Mandat itu belum ku selesaikan Membuka Microsoft Word adalah pilihan yang tepat Ku coba rentangkan jari dan ku tekan-tekan Satu demi satu huruf tersusun menjadi rangkaian kata Inginku selesaikan segera, namun sms terus menerus datang Lagi-lagi tugas ini kutinggalkan Aku terlalu meremehkan, aku terlalu membuat gampang Hasilnya hanya demi

Dosa di Negeriku

Dosa apa negeri ini? Salah apa negeri ini? Hingga rakyatnya yang harus menanggung beban derita ini... Mengelus dada, menghela napas. Melihat berita tentang korupsi rasanya terlalu biasa. Sudah menjadi kebiasaan negeri ini disuguhi dengan berita demikian. Bukan hal baru, bukan pula sesuatu yang ditunggu. Dari pejabat hingga rakyat jelata, semuanya sama rata membagi hasil uang haramnya. Kesalahan demi kesalahan seakan perbuatan turun temurun yang diajarkan si empunya uang. Banyak kasus yang menyeret bapaknya, anaknya, pamannya, adiknya, sepupunya, mantunya besannya, ah... jika diurutkan akan menjadi silsilah keluarga korup. Apa tidak malu mendapat predikat demikian? Rasanya tidak. Pasalnya ini terlalu wajar karena terjadi di negeri ini. Rasanya biasa-biasa saja, masih bisa mengelak, masih bisa melempar kesalahan, jika sudah tersangka pun masih bisa mendapat fasilitas mewah. Hm..hm..hm... Bisa apa rakyat ini? Hanya melihat sambil menggerutu, hanya melihat sekadar ing

Siapa yang mau berusaha, Keberhasilan di depan mata

Susah... susah... Awalnya ketika memulai pekerjaan baru, yang baru pertama kali kita lakukan. Baru pertama kali kita lihat, baru pertama kali dan itu harus berhasil. Mengeluh, menggerutu, bahkan menyesal karena sempat mengenali pekerjaan ini. Tapi dengan terpaksa akhirnya kita tetap melakukannya. Kecil harapan bahwa pekerjaan tersebut akan sukses. Tapi tidak hilang harapan, setidaknya kita masih mau berusaha jadi ada nilai tambah bahwa kita akan berhasil. Pertama mencoba, nyatanya gagal. Kedua mencoba masih saja gagal. Ketiga mencoba juga tetap gagal. Masihkah ada harapan? Orang bilang jika sudah tiga kali mencoba berarti tandanya kita tak akan berhasil. Hm... jangan percaya dulu, itu semua tergantung kita. Jika kita percaya mitos di atas tandanya kita memang akan gagal. Jika kita melawan mitos tersebut, kita bisa menjadi sosok yang berhasil. Sosok yang berani melawan arus hidupnya. Mulai sekarang jangan mudah putus asa. Ah, terlalu biasa kata-kata di atas ya... tap

Ayo Semangatlah!

Di waktu yang banyak ini tapi aku lebih memilih waktu yang singkat Waktu yang seharusnya bisa untuk banyak hal tapi aku menggunakannya hanya untuk satu hal Tidak produktif sekali rasanya Hanya berdiam dan tak melakukan apa-apa Aku tak mau seperti ini Bisanya hanya diam dan tak ada aksi Terkadang iri melihat teman yang aktif Tapi diri sendiri tak bisa mengikuti Jadi diri sendiri memang lebih baik Tapi jika diri ini tak baik apakah tetap akan diikuti? Kupikir tidak, karena aku mulai tersadar Aku mulai bangun dari tidurku yang panjang Siang mulai datang dari malam yang menutupi sinarnya Cahaya mulai terlihat dibalik mendungnya awan Tertatih langkah ini, aku berniat untuk berjalan Jalan masih panjang Tak ada kata terlambat, meski kata ini hanya hiburan Semangat ini harus dihidupkan dari rasa malas yang terlanjur menutupi pikiran Tak ada penyesalan selagi kita mau berubah Tak ada penyesalan sekalipun kita tetap diam Namun yang ada hanya kebodoh

Sayang, Aku Tak Bersama Mereka

Happy holiday teman-teman...!!! Wah senangnya, Sabtu yang panas ini kalian sedang liburan. Aku menulis ini di rumah. Hm.. tapi tak apa, aku ikut senang meski tak dapat merasakan liburan bersama kalian. Sayang sekali, rencana yang sudah kutunggu-tunggu harus dibatalkan. Alasannya tak oke pula, jadi tak usah diperjelas yaa. Bagiku kalian sudah seperti saudara, ada kakak, saudara sepantara, dengan pribadi yang berbeda-beda tapi pastinya unik dan baik. Beruntung sekali bisa mengenal dan akrab dengan kalian. Semua sama semua saudara bagiku. Ingin liburan ini bisa terulang lagi dan aku harus ikut di dalamnya. Bukan seperti saat ini aku tak ada di tengah-tengah kalian. Mungkin kalian menganggapnya biasa saja, tapi aku nyesel karena tak bisa hadir di liburan ini. Judulnya kan liburan, harusnya semua merasakan asiknya liburan. Aku harap kalian semua merasakan itu, meski aku tak ada di saat peristiwa libur ini. Semoga tulisan ini menjadi pengobat keinginanku yang tak bi

Menulis di pagi hari

Iyaap... selamat pagi!!! Nyanyian burung yang merdu menemani sinar mentari mengawali langkahmu hari ini. Waah.. cerahnya udara pagi ini. Tapi posisi ini masih di dalam kamar, baru bangun dan baru mau mandi. Selesai bersih-bersih diri langsung cusss berangkat. Ternyata yang menemani langkah kaki ini bukannya nyanyian burung, tapi suara kendaraan roda dua, roda empat, dan banyak roda lain yang asapnya mengepul ketika di jalan raya. Memakai masker sebagai pelindung hidung dari asap pekat yang keluar dari kendaraan bisa sedikit membantu. Tak butuh waktu lama sampailah di sekolah, kampus ataupun tempat kerja. Di sana langsung berkonsentrasi terhadap apa yang di depan mata. Kali ini tujuan langkah kaki ini ke kampus. Pagi ini hal yang paling membuat orang malas, ketika sampai di kampus jam 7 pagi ternyata kelas kosong. Sedihnya lagi, pemberitahuan baru diterima setelah kaki ini tepat sampai di depan ruang kuliah. Oh rasanya ekspresi ini bisa digambarkan dengan emoticon str

Mengesampingkan Kepentingan Pribadi “susah”

Hidup itu tak selamanya milik sendiri, sering kita berinteraksi dengan orang lain. Itu yang namanya hidup. Sejujurnya prioritas kita akan mengarah pada diri sendiri. Artinya segala sesuatu yang berkaitan dengan diri kita akan lebih didahulukan ketimbang sesuatu itu berhubungan dengan orang lain. Itu hal yang normal sebagai perasaan yang dimiliki masing-masing individu. Eitzzz.. seperti yang dibahas diawal, hidup itu artinya interaksi, dan untuk itu kita diajarkan untuk berbagi dengan orang lain. Berbagi uang, berbagi tempat tinggal, berbagi pekerjaan, berbagi masalah justru yang paling sering. Kita juga diajarkan untuk mengesampingkan urusan pribadi kita dan harus mendahulukan kepentingan umum. Artinya kita disuruh untuk melupakan masalah atau keperluan diri kita, kemudian kita dahulukan segala sesuatu yang berkaitan dengan orang lain. Itulah hal yang sewajarnya jika kita tinggal di negara ini. Tidak semua menganggap kepentingan orang lain harus didahulukan. Tapi ala

Aha! Aku Punya Ide...! (menulis)

Kata-kata di atas sering kita dengar. Disaat pikiran sudah terbatas, tindakan tak tau lagi arahnya, seakan ada keajaiban yang tiba-tiba datang, bagaikan wangsit yang datang dari langit masuk ke dalam pikiran. Ah berlebihan. Tak kalah berlebihan jika ada orang yang mengatakan, “Aduh aku ngga punya ide nih..”. Apalagi jika ide itu berkaitan dengan ide untuk menulis. Ah omong kosong sekali. Selagi kita masih hafal huruf (A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z) dan masih mampu untuk merangkai kata tak mungkin kita tak memiliki ide untuk menulis. Sepertinya istilah yang tepat bukan tak punya ide, tapi tak mau menyalurkan apa yang ada dalam pikiran untuk dituangkan menjadi rangkaian kata. Ada beberapa orang yang memiliki kelebihan dalam merangkai kata lebih unggul dari yang lain. Itu karena mereka mau memikirnya, tidak asal tulis, tidak asal rangkai. Tapi benar-benar kata yang dituliskan memiliki keunggulan dari kata yang dibuat orang lain. Seakan cerita yang d