Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Setiap Hari Ulang Tahun

Ulang Tahun Anggi ke 23 Saya berharap setiap hari adalah hari ulang tahun untuk kami, agar selalu ada alasan untuk dapat berkumpul.  Terima kasih telah bersama sebelas tahun. Meski PACAR kalian berganti-ganti semoga persahabatan ini abadi. Ulang tahun Anggi paling bontot bulannya. Akhirnya dapat mengumpulkan kami setelah berbagai alasan drama ini itu yang membatalkannya dari berbulan-bulan kemarin. Sayangnya minus Wulan yang sedang kerja. Tak apa meski dia tak ada semalam, tapi selalu ada di hati kami. Oke lebai.  Momen paling mudah untuk mempertemukan kami ya saat ada yang ulang tahun, sebelum ada yang menikah tentunya. Meski satu per satu sudah ada kesibukan masing-masing pasti tetap menyempatkan untuk hadir.  Semakin bertambah usia, waktu kami memang tidak seluang saat jaman SMP di mana pikiran kami hanya dolan sambil terus minta uang jajan ke orang tua. Tapi sekarang, kami sedang belajar untuk mencari uang jajan sendiri. Waktu kami terbagi untuk belajar bekerja

Adik Paling Ambisius Sedunia

si Cantik baru terima rapor Bibit-bibit ambisius si Adek sudah terlihat sejak SD kelas satu. Waktu itu ketika sedang menata buku di tasnya, si Adek nyeletuk begini, Chika   : Mba, Chika kalo kelas dua mau jadi ketua kelas lah Mbak   : Kenapa si Chika   : Chika ngga suka sama ketua kelas yang sekarang, masa ketua kelas harusnya kan ngatur temen-temennya biar tertib eh malah ikutan lari-larian. Kan udah ditunjuk bu guru buat nyatetin temennya yang rame, malah ketua kelasnya ikut-ikutan rame, Chika jadi sebel. Pokoknya besok kalo Chika udah kelas dua mau jadi ketua kelas. (Setelah mendengar penjelasan panjang lebar, jawaban mbaknya) Mbak   : Ohiya, bagus lanjutkan. Another story... Ketika kelas dua, si Adek yang habis merengek minta dibelikan sepeda ternyata punya motivasi tersendiri alasan ingin bisa naik sepeda. Chika   : Asik Chika dibeliin sepeda sama ibu Mbak   : Ya sana latihan Chika   : Tahu ngga mba Chika pengin sepeda buat apa? Mbak   : Ya biar

Review Buku Mirah dari Banda

Mirah dari Banda Edisi III Judul Buku    : Mirah dari Banda Penulis            : Hanna Rambe Tahun Terbit  : Edisi I 1983, Edisi II 1988, Edisi III 2010 Penerbit          : Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tebal               : iv + 388 halaman ISBN               : 978-979-461-770-0 Genre              : Fiksi  Pernah mendengar kepulauan Banda? Dulunya nama Banda begitu tersohor sebagai negeri yang kaya karena memiliki salah satu rempah yang paling dicari di dunia. Novel ini menyoroti tentang zaman penjajahan hingga perbudakan di Kepulauan Banda akibat kekayaan alam yang dimilikinya. Berangkat dari liburan keluarga Zakaria atau yang akrab dipanggil Jack, ke Kepulauan Banda. Jack membawa serta teman-temannya yakni keluarga Wendy Higgins dan Mat. Diceritakan Wendy merupakan perempuan yang tak pernah tahu asal-usulnya dan siapa orang tua kandungnya. Hal ini karena Wendy merupakan salah satu dari bayi yang dilahirkan ketika penjajahan di Indonesia. Menu

Gegoleran

contoh gegoleran Cerita gegoleran ini terinspirasi dari sepasang ibu dan anak. Mendekati akhir pekan biasanya percakapan ibu dan anak ini selalu berulang membicarakan hal yang sama, gegoleran. Apa itu gegoleran ? Berikut kisahnya. Si Anak bangun tidur jam9 pagi. Mengucek mata, rambut acak-acakan, barangkali liur masih tersisa di pipi kanannya. A : "Ibu kok ngga bangunin?" I   :"Ngga apa-apa ini kan hari libur," A : "Yaudah," anak ini berlalu dan pergi mandi. Selesai mandi, muka segar, rambut wangi keramas, dan sedikit makeup cuma sekadar bedak tabur memenuhi wajahnya. Beringsut sarapan. Tak disangka kantuk kembali datang. Masuk kamar mencoba main hp tapi ternyata alam mimpi lebih menggiurkan ketimbang stalking instagram calon gebetan. Lelap. Bangun lagi jam 11. Langsung ngecek hp berniat mengajak main teman-teman seperjuangan sepernasiban seperjombloan. Dan janji main di luar berhasil dibuat. Melihat ibu di depan kamar sedang berm

Review Buku Orang-orang Gila

Cover Novel Orang-orang Gila Judul Buku    : Orang-Orang Gila Penulis            : Han Gagas Cetakan          : Februari 2018 Penerbit          : Mojok Tebal               : viii + 256 halaman ISBN               : 978-602-1318-45-4 Genre              : Fiksi Ketika yang waras masih bisa berteriak orang gila, nyatanya banyak orang-orang waras tak lebih bermoral dari orang-orang gila Berkisah tentang dua orang bernama Marno dan Astrid. Jalan hidup bagi Marno dan Astrid terasa begitu mudah dilalui. Tak ada persoalan yang mesti diselesaikan sampai lelah. Tak pernah ada kebimbingan maupun ketakutan yang menghantui kehidupan mereka, sebab semua itu telah melebur bersama khayalan-khayalan yang tak bisa dikekang oleh hukum apa pun. Ya, mereka gila. Kadang tertawa, kadang menangis, kadang menjerit, kadang diam. Seakan telah lupa apa itu rasa, keduanya menjalani hidup mengikuti alur langkah kaki berjalan. Peduli setan meski hidup dikepung cacian, biar pun terpe

Untukmu yang Merasa Masuk Ruang Biasa-Biasa Saja

Bukan dari mana kita berasal, tapi bisa jadi seperti apa di mana pun kita berada Ketika sedang makan, sudah biasa adik saya berceloteh dengan sendirinya panjang lebar. Mulai dari hubungan pertemanannya sampai merembet ujung-ujungnya ke sekolahnya. Adik      : “Si itu kan udah satu geng, si A, si B, si C, sama si D . Udah temenan dari SD, eh masuk SMA juga samaan. Sama-sama masuk SMA yang bagus padahal nilai biasa-biasa aja,” Saya      : “Hust, biarin aja. Bukan dari mana kamu berasal, tapi bisa seperti apa kamu di mana pun berada,” Adik      : “Ih.. kaka ia bagus banget quotenya. Maksudnya gimana tuh?” Saya      : “-__- “ Dari percakapan singkat itu bisa tergambarkan adik saya yang lagi iri sama teman-temannya yang bisa masuk SMA favorit. Maklum sekolahan adik saya letaknya di pinggir sawah. Bukan di kota, benar-benar bukan sekolah incaran. Tahun ajaran baru yang kemarin saja bahkan sampai kekurangan murid. Ngenes ya? Tapi takdir menuntun langkah adik saya

Lika Liku Laku

Kala itu nyawang surya, kali ini nyawang kowe rabi karo wong liyo Melihat foto di atas jadi teringat, masa di mana belum KKN dan skripsi masih di perantauan. Kala itu, saya sedang ngedit tulisan sendirian di sekre, tapi oleh seorang teman sebut saja Kim Jong Un mengajak saya ke pantai. Sebab saya merasa sendiri, jadi lari dari tugas editor untuk satu hari saya pikir tak masalah. Toh tak ada siapa-siapa yang menuntut. Pikir saya kala itu. Akhirnya 14.30 kami berangkat, tanpa tahu arah, hanya berdua. Jangan baper, sebab dia cuma Jong Un. Bukan soal pergi berduanya yang akan saya bahas, tapi soal laku saya selama ini. Sejak lahir hingga 23 tahun mengenal bumi dan seisinya, tetangga dan sekitarnya, saya belum pernah berpacaran. Ya, menyandang status pacar belum sempat tersematkan dalam diri saya. Teman-teman saya banyak yang bertanya, “Ciye mau taarufan apa?” “Ciye jomblo sampai halal,” “Ciye ngga laku....” ini batal di ciye in. Dan guyonan atau bullyan lainnya ya

Akrab Karena Bab 4

Mengenalnya empat tahun sebagai pemalas, cukup menilainya satu hari sebagai orang yang rajin. Dia, Intan Alliva Khanza. Sedang mampet mengerjakan Bab 4. Tiba-tiba muncul chat whatsapp ajakan yang berfaedah. Datangnya dari makhluk tercinta bernama Intan Alliva Khanza. Karena namanya terlalu keren, kita sebut saja Alipah. A           : “Besok ngerjain bab4 yuh, jam8.” T           : “Apa kamu bisa bangun pagi?” A           : “Bisa Tri demi bab4.”             Agak meragukan. Sebab selama ini janjian jam10 saja selalu mentok berangkat jam11 siang. Nah ini ngajakinnya jam8 pagi. Tapi ya semoga saja dia kali ini beneran. Dan esok paginya yang ditunggu pun tiba. Jam 6 pagi saya kirim chat. T           : “Bangun Lippp,” A           : “Uwis.             : Aku mangkat bareng adine kie jam7.             : Yuh jam7 baee             : Yuh T           : “Ya tuhan. Ya aku mandi dulu,”  A           : “Aku otw kampus...” tertera 6.51 a.m             Dan... rupanya