Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Desember

Kesempatan itu terlewat pada awal tahun, tapi datang di waktu yang tepat. Rangkuman perjalanan selama setahun, dari mulai gagal, kembali rebahan, rajin kumpulan, berakhir pada meninggalkan kampung halaman..  Kembali lolos verfikasi berkas. Kedua kalinya mengikuti tes kompetensi dasar.  Tahun ini lebih siap. Waktu nganggur kugunakan untuk belajar latihan soal.  Singkat cerita, targetku peringkat pertama, tapi meleset peringkat ke empat. Gagal kedua kalinya.  Kembali rebahan.  Tapi, rebahan bukan semata-mata karena aku pengangguran, rebahan dibarengi pandemi melanda. Corona.  Masih di bulan ketiga.  Rebahanku tak bertahan lama. Para pelopor desa inisiatif untuk bantu sesama. Caranya dengan berbagi secara swadaya.  Rutin kumpulan di beberapa malam. Rutin menyalurkan bantuan warga di setiap minggunya. Hampir tiga bulan lamanya. Berhenti sejenak pada lebaran.  Lanjut ke agenda berikutnya, bertepatan aku mendapat panggilan pekerjaan.  Tanpa berpamitan pada mereka yang selalu bersama-sama, ku

Aku dan Motivasi Aku

Salah seorang teman menyarankan, "Kamu udah pernah daftar sana sini, coba tulis pengalamannya, kali aja jadi referensi buat yang baca."  "Masalahnya aku belum ada yang diterima, apanya yang ditulis? Kegagalan kegagalan dan gagal?," kataku.  "Loh engga, kan sebelum gagal ada prosesnya. Nah prosesnya yang ditulis," katanya. Percakapan dua tahun lalu. Ketika lulus kuliah baru hitungan bulan. Hm tapi belum sampai setahun.  Awalnya kupikir temanku hanya berseloroh. Tapi dipikir-pikir lagi ada benarnya. Kali aja tulisan kegagalan hari ini bisa jadi from this to this untuk keberhasilan hari esok.  Sampai pada panggilan kerja yang ke sekian yang kupikir sudah pasti diterima, ternyata belum bernasib serupa, akhirnya kuurungkan mengupload tulisan. Masih belum berani.  Setahun berlalu.  Kusudah buat rangkuman perjalanan menjadi job seeker. Ketika mau upload, baru sampai draft, eh batal.  Dan pada akhirnya.  Ada seorang teman yang meyakinkan. Bukan soal upload tulisan

Babak Baru Pandemi Corona, New Normal

(Selasa,9/6) - Memasuki minggu kedua Bulan Juni, masyarakat mulai terbiasa memakai masker. Entah karena keterpaksaan namun banyak juga yang atas dasar kesadaran. Aktivitas di beberapa tempat mulai kembali ramai, meski dengan atribut masker yang harus selalu menempel di wajah jika sedang berada di luar ruangan.  Sudah tiga bulan lebih lamanya, masyarakat dihadang covid-19. Tidak dipungkiri, pemerintah lamban dalam penanganan, menyebabkan beberapa masyarakat menganggap enteng virus yang bisa sembuh dengan sendirinya ini.  Pemerintah adalah cerminan dari rakyatnya, begitu kira-kira. Jika pemerintah baru bertindak ketika ada satu kasus positif yang mencuat, masyakat pun baru waspada ketika sudah ribuan nyawa jadi korban. Saat ini, belum beres pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan untuk para pasien corona, pemerintah sudah menggagas new normal sejak awal Juni. Meski tidak semua daerah bakal memberlakukan kebijakan ini, sebab pemerintah sendiri masih berhati-hati untuk memulai kebijakan

Pandemi Memunculkan Sifat Saling Peduli

(Jumat, 5/6)-Setiap hari di media massa dipenuhi berita tentang wabah covid-19. Bukan hanya di Indonesia, melainkan di seluruh dunia. Ya, dunia sedang dirundung duka. Banyak korban berjatuhan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Virus ini tak memandang usia. Suatu keprihatinan yang membuat segalanya yang menjadi kebiasaan harus berubah. Mulai dari bekerja dari rumah, sekolah dari rumah, pembatasan naik kendaraan umum, dan masih banyak kebiasaan atau rutinitas yang perlahan-lahan tergantikan dengan kebiasaan dan rutinitas yang baru.  Mari sejenak kita melihat wabah ini dari sisi yang positif. Bukan kaitannya dengan virus ini berdampak positif, tapi ada sisi lain yang bisa menjadi teladan semenjak adanya wabah covid-19 ini.  Berita tentang jumlah korban menjadi hal yang biasa, setiap hari masih memenuhi headline pemberitaan. Di sisi lain, berita dari segi humanisme juga mulai ramai di pemberitaan. Ya, tentang semangat berbagi.  Berbagi bagi sebagian orang barangkali menjadi hal yan

Rencana Pembukaan Sekolah Kembali Menuai Pro dan Kontra

Jakarta (5/6), Berbagai kabar beredar bahwa Kemendikbud akan membuka sekolah kembali pada bulan Juli nanti. Banyak pihak menilai, rencana tersebut kurang tepat, mengingat wabah covid-19 belum juga reda. Jika kebijakan tersebut diterapkan tentu akan menuai pro dan kontra dari tenaga pendidik, siswa, maupun orang tua siswa. Kebijakan membuka kembali sekolah di tengah pandemi cukup beresiko, mengingat anak-anak juga salah satu yang rentan terkena covid-19.  Dalam kesempatannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan, Kemendikbud belum berencana akan membuka sekolah kembali dalam waktu dekat. Butuh analisis dari berbagai pihak jika kebijakan itu akan diterapkan. Untuk meyakinkan bahwa sekolah belum akan dibuka dalam waktu dekat, Nadiem justru mengeluarkan surat edaran mengenai pembelajaran dari rumah.   Rencana pembukaan sekolah kembali pun menuai perhatian dari beberapa pemerhati pendidikan. Banyak diskusi yang mengungkapkan bahwa pemerintah menjadi tidak transparan m

Solat Jumat Mulai Kembali Dilaksanakan

Banyumas (5/ 6) , Sejumlah wilayah di beberapa daerah mulai melaksanakan kembali ibadah Solat Jumat pada minggu ini. Termasuk salah satunya di wilayah Banyumas, Jawa Tengah. Solat Jumat dilaksanakan di beberapa masjid dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan sebelum masuk ke masjid, dan menghimbau agar membawa sajadah sendiri bagi masing-masing jamaah.  Salah satu masjid yang menyelenggarakan ibadah Solat Jumat, adalah Masjid Nur Amanah yang terletak di Kelurahan Karangklesem, Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Menurut salah satu jamaah, sudah hampir dua bulan lebih masyarakat memang mematuhi anjuran pemerintah tidak melaksanakan Solat Jumat. Pembukaan kembali masjid pun disambut antusias oleh beberapa jamaah di wilayah tersebut.    “Nggak apa-apa solat pake masker yang penting sudah bisa beribadah wajib di masjid lagi,” kata Teguh salah satu jamaah.  Petugas takmir masjid pun tetap mematuhi anjuran pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Bany

Cerita Lulus Bukan Karena Corona

Dapat hadiah tabungan pendidikan Adikku, yang dulu minder karena masuk SMA di pinggiran kota, tengah sawah, bukan unggulan, kali ini lulus SMA bukan karena corona. Dia membayar tuntas tiga tahun sekolah di sana, sebelum pengumuman kelulusan sudah diterima di dua perguruan tinggi, bukan hanya itu, karena rajin mengikuti sekolah online, tahu-tahu dapat hadiah pula. Akhir yang manis menuju awal yang indah. Dulu, awal SMA dia selalu mengeluh karena menurutnya 'terbuang' di SMA pinggiran. Tidak seperti teman-teman SMP nya yang masuk sekolah di perkotaan. Dia menyesal kenapa nilai UN tak memenuhi standar masuk SMA pilihannya. Dia murung setiap ditanya asal SMA, dia selalu pake jaket untuk menutupi almamater SMA nya. Tapi aku memotivasinya dengan sedikit bualan di  tulisan ini Tak disangka, adikku pendengar yang baik. Kataku kala itu, bukan dari mana kamu berasal tapi bisa jadi seperti apa di mana pun tempatnya. Ya, dia memang pendengar yang baik dan tidak menyia-nyiakan

Mas Ustad

Saya pernah menyukai seorang yang biasa dipanggil ustad, tapi lebih cocok dipanggil mas ustad karena usianya yang masih sangat muda. Karena bapanya pendakwah jadilah dipanggil 'anaknya ustad'. Makanya dia sekarang ikut-ikutan mendapat panggilan ustad. Begitulah kira-kira.  Tapi bukan soal jenis panggilan yang dibahas.  Waktu itu bulan puasa. Minggu pertama di bulan puasa, dia mengisi tausiyah kuliah subuh di musola tempat saya beribadah. Saya masih ingat betul tausiyah yang disampaikannya yakni tentang bersyukur selepas sholat.  "Sebelum kita mengucap istighfar lebih baik kata pertama yang kita ucapkan adalah alhamdulillah..."  Begitu kira-kira yang disampaikannya. Dia melanjutkan, "Sebelum kita memohon ampun atas dosa-dosa kita, alangkah baiknya mengucap syukur karena masih diberi nafas untuk beribadah, untuk berdoa, untuk memohon ampun, dan meminta segala sesuatu."  Sepertinya begitu intinya.   Sambil melongok ke shaf laki-l

Tidak Apa Apa Ada Apa Apa

Tidak apa apa jika sedang banyak apa apa Kadang apa apa juga bukan karena apa apa Memang tidak apa apa jika tidak bisa berkata apa apa Sulit untuk tidak apa apa Tapi apa apa juga untuk apa? Terlalu banyak apa sehingga menjadi tidak apa apa Selalu saja tidak apa apa Semua yang apa apa dibiarkan tidak apa apa Paling paling dijawab yasudah iya tidak apa apa Padahal aslinya pura pura tidak apa apa Tapi apa yang tidak perlu apa apa? Jika semuanya saja dianggap tidak apa apa Menjadi tidak apa apa bukan berarti tak ada apa apa

Review Buku Yang Fana adalah Waktu

Judul Buku : Yang Fana Adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Tahun Terbit: 2018 Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Tebal : 146 halaman ISBN : 978-602-03-8305-7 Genre : Fiksi Pernah menjalani hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship ? Bagaimana rasa rindunya? Bagaimana penantiannya? Bagaimana rasa saling percaya yang ditumbuhkan? Begitu pun bagaimana menjaga hati agar tetap setia? Barangkali novel ketiga dari Trilogi Hujan Bulan Juni milik Sapardi Djoko Damono bisa menggambarkannya. Sinopsis Berkisah tentang Sarwono yang ditinggal pergi kekasihnya Pingkan, untuk menempuh pendidikan di Jepang. Mereka menjalani hubungan jarak jauh Solo-Kyoto Jepang, tapi tetap saling kirim kabar. Hingga suatu hari kepercayaan diantara keduanya sempat pudar, sebab ada orang ketiga yang membuatnya nyaman. Hal yang paling sulit dari hubungan jarak jauh adalah menjaga perasaan. Masing-masing dari mereka paham betul hati mereka tertuju pada siapa. Tapi, y