Langsung ke konten utama

Memaknai 17-an

Tak hanya perjuangan yang identik dengan kemerdekaan, pun keceriaan ada didalamnya
Bangsa Indonesia menghirup udara kebebasan. Kemerdekaan 72 tahun lalu selalu punya cara untuk dimaknai sampai sekarang. Bambu runcing bukan lagi sebagai senjata, tapi keutuhan NKRI harus tetap dijaga, semangat perjuangan akan terus dirasa meski dengan perlombaan yang sederhana.
Perlombaan 17 Agustus setiap tahun diadakan untuk mengisi keceriaan di hari kemerdekaan. Apa kaitan perjuangan dengan perlombaan? Sederhana saja, yakni kebersamaan yang akan mencerminkan kerukunan. Karena bangsa yang terdiri dari ragam suku bangsa tak mudah untuk tetap bertahan di tengah-tengah arus modernisasi global. Ya, kita tetap utuh, kita tetap NKRI.
Lomba masukan pensil ke dalam botol
Refleksi kemerdekaan boleh-boleh saja, dimana selama ratusan tahun bangsa ini terjajah bukanlah hal yang mudah untuk mencapai kemerdekaan. Namun kita tetap harus menatap ke depan, karena estafet perjuangan akan terus dilakukan. Bocah-bocah yang mengikuti lomba makan kerupuk, lomba kelereng, lomba masukan pensil, lomba masukan air pake busa, dan lomba pecah air, merekalah masa depan bangsa ini. Jangan anggap enteng perlombaan 17an, tapi maknai pesan yang terkandung didalamnya.
Saya termasuk salah satu anak negeri yang cukup menyesal karena, terlambat memaknai perlombaan 17an. Tapi hal itu harus dibayarkan dengan memberikan kontribusi, minimal hal yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar, minimal lingkungan RT tempat tinggal saya. Maklum saya bukan orang cerdas pemenang olimpiade sains, saya bukan atlet pengharum nama bangsa, saya hanya perempuan biasa yang baru beranjak dewasa mengenal lebih dekat lingkungan tempat tinggal. Saya tak menjuarai apa-apa, tapi yang saya inginkan saya bisa belajar dari lingkungan terdekat saya. Belajar berorganisasi di lingkungan RT, bermain bersama teman-teman di sekitar rumah, dan membuat hari kemerdekaan bisa dirasakan oleh semua masyarakat, minimal lingkungan RT6 RW5.
Masih ada serangkaian acara untuk menyambut hari kemerdekaan tahun ini. Pada intinya siapa pun kita dari mana pun kita, dan di mana pun kita, mari bersatu untuk menjaga keutuhan NKRI. Merdeka!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Yang Fana adalah Waktu

Judul Buku : Yang Fana Adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Tahun Terbit: 2018 Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Tebal : 146 halaman ISBN : 978-602-03-8305-7 Genre : Fiksi Pernah menjalani hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship ? Bagaimana rasa rindunya? Bagaimana penantiannya? Bagaimana rasa saling percaya yang ditumbuhkan? Begitu pun bagaimana menjaga hati agar tetap setia? Barangkali novel ketiga dari Trilogi Hujan Bulan Juni milik Sapardi Djoko Damono bisa menggambarkannya. Sinopsis Berkisah tentang Sarwono yang ditinggal pergi kekasihnya Pingkan, untuk menempuh pendidikan di Jepang. Mereka menjalani hubungan jarak jauh Solo-Kyoto Jepang, tapi tetap saling kirim kabar. Hingga suatu hari kepercayaan diantara keduanya sempat pudar, sebab ada orang ketiga yang membuatnya nyaman. Hal yang paling sulit dari hubungan jarak jauh adalah menjaga perasaan. Masing-masing dari mereka paham betul hati mereka tertuju pada siapa. Tapi, y

Review Buku 24 Jam Bersama Gaspar : Sebuah Cerita Detektif

Judul Buku       : 24 Jam Bersama Gaspar : Sebuah Cerita Detektif Penulis             : Sabda Armandio Alif Tahun Terbit    : 2017 Penerbit          : Mojok Tebal                : xiv + 228 halaman ISBN                 : 978-602-1318-48-5 Sebuah novel detektif bercerita perampokan toko emas namun tujuan utamanya menemukan kotak hitam. Sepanjang delapan bab, penulis membuat pembaca menerka isi kotak hitam. Apa alasan terbaik mencuri toko emas namun yang diincar justru sebuah kotak hitam? Namanya cerita detektif, jangan terkecoh dengan alur cerita. Bagi yang gemar mengikuti cerita detektif tentu selalu ada maksud tersembunyi dari semua cerita yang dimunculkan. Begini cerita 24 Jam Bersama Gaspar... Gaspar dan Perampokan Toko Emas Gaspar bukan nama sebenarnya, sedang merencanakan perampokan toko emas milik Wan Ali. Untuk melancarkan aksinya, Gaspar mengajak Agnes, Kik, Njet, Pongo, dan Pingi (bukan nama sebenarnya). Penggunaan nama samaran ini untuk melindung

Baalveer: antara dongeng dan modernitas

source.net Dengan memanggil namanya, dia akan datang untuk menyelamatkan. Dengan melihatnya di tv, dia muncul bak superhero abad 20 yang begitu terkenal. Julukannya ‘pahlawan penyelamat anak-anak’. Serial India sedang membanjiri tanah air. Dimulai dari film, sinetron, hingga artis dari negeri Bollywood itu dicintai tayang di Indonesia. Hampir setiap tv terdapat tayangan yang berasal dari India. Salah satu serial drama yang saat ini hadir setiap hari di tv (sebut saja antv) menjadi salah satu tayangan favorit anak-anak. Baalveer, seorang anak yang terlahir dari peri bernama Baal Peri menjadi sosok yang paling dicintai anak-anak. Dengan baju berwarna oren, berselendang merah, serta tongkat sakti sebagai senjatanya, membuat dia dijuluki pahlawan bagi anak-anak. Di sela-sela pekerjaannya menyelamatkan anak-anak, dia pun sering muncul di tv. Mengapa Baalveer di tv? Beberapa episode Baalveer, ia sering tampil untuk mengklarifikasi segala hal yang berkaitan dengan anak-anak. Ter