Langsung ke konten utama

Review Buku Yang Fana adalah Waktu


Judul Buku : Yang Fana Adalah Waktu
Penulis : Sapardi Djoko Damono
Tahun Terbit: 2018
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tebal : 146 halaman
ISBN : 978-602-03-8305-7
Genre : Fiksi

Pernah menjalani hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship?
Bagaimana rasa rindunya? Bagaimana penantiannya? Bagaimana rasa saling percaya yang ditumbuhkan? Begitu pun bagaimana menjaga hati agar tetap setia?
Barangkali novel ketiga dari Trilogi Hujan Bulan Juni milik Sapardi Djoko Damono bisa menggambarkannya.

Sinopsis
Berkisah tentang Sarwono yang ditinggal pergi kekasihnya Pingkan, untuk menempuh pendidikan di Jepang. Mereka menjalani hubungan jarak jauh Solo-Kyoto Jepang, tapi tetap saling kirim kabar. Hingga suatu hari kepercayaan diantara keduanya sempat pudar, sebab ada orang ketiga yang membuatnya nyaman.

Hal yang paling sulit dari hubungan jarak jauh adalah menjaga perasaan. Masing-masing dari mereka paham betul hati mereka tertuju pada siapa. Tapi, yang selalu ada kadang bakal mengisi kekosongan ketimbang yang jauh di negeri seberang. Ya, baik Sarwono maupun Pingkan sama-sama dekat dengan rekan kerjanya.

Sarwono yang kemudian dipanggil Sar berprofesi sebagai dosen. Dekat dengan asisten penelitinya bernama Dewi. Mereka dekat sebatas hubungan peneliti dan asisten. Tak lebih. Tapi, orang lain yang melihatnya bisa saja melebih-lebihkan. Sempat membuat Pingkan gusar.

Pingkan yang selanjutnya dipanggil Ping, dekat dengan temannya yang berasal dari Jepang bernama Katsuo. Katsuo juga merupakan peneliti. Dengan alasan ingin lebih mengenal Indonesia dan kebudayaannya, Katsuo mendekati Ping. Sayangnya, niat Katsuo lebih dari sekadar teman dekat.

Ping dan Katsuo sering pergi ke kafe, jalan bersama, atau menyaksikan bunga sakura bermekaran, hingga menyusuri jalan ketika bunga sakura berguguran. Padahal Katsuo sudah dijodohkan dengan Noriko, gadis pilihan ibunya.

Semua itu Ping ceritakan pada Sar tiap kali berkirim kabar. Mereka sama-sama tetap menceritakan semua yang mereka lalui masing-masing. Ada cemburu itu pasti, tapi bisa apa? Waktu belum berpihak pada dua sejoli ini untuk saling tatap. Hanya surat elektronik dan media sosial tempat mereka melepas rindu yang teramat sangat.

Ulasan
Seperti novel Sapardi yang lainnya, diksi yang digunakan begitu puitis. Romansa Ping dan Sar terjalin melalui percakapan yang begitu mesra. Kadang percakapan sehari-hari juga bagai diksi dalam puisi. Sar dikisahkan senang membuat ratusan puisi untuk Ping.

Kemudian Sarwono berkata, Aku suka melisankanmu Ping, sebab kau memamg diciptakan untuk aku baca. Selama ini kau bagiku adalah terutama bunyi dan bukan huruf. Aku selalu mendengarmu di mana pun meski tidak melihatmu, meski tidak selalu bisa menatap dan meraba ujudmu. Aku bisa memejamkan mata tetapi tidak akan bisa memejamkan telinga. Kalaupun kututup telingaku, kau tetap saja terdengar sebagai gaung di pusat kesadaranku. (hal 6)

Penulisan percakapan tidak menggunakan tanda petik. Untuk mengetahui pergantian lawan bicara hanya dipisahkan dengan pergantian paragraf. Isi buku kebanyakan merupakan balasan email dari Ping dan Sar. Hubungan LDR digambarkan melalui cara berkomunikasi kedua tokoh yang melaui surel dan medsos.

Belum sempat mengatur napas sepenuhnya, Sarwono merasa ada getaran di selularnya. Pingkan. 
Sar, ntar malam kita ngoceh di twitter, ya? (hal 127)

Membaca novel ini membuat kalian yang menjalani LDR tentu akan semakin kerasan bahwa rindu memang untuk dipertemukan.

Baca ketiga novel dari Trilogi Hujan Bulan Juni agar paham betul perjuangan cinta Ping dan Sar.

Komentar

  1. Btw kubaru tau kalo ini tuh trilogi. Kukira novel yang terpisah dari Hujan Bulan Juni wkwkwk

    Karena aku baru baca buku puisinya aja yang Hujan Bulan Juni. Novelnya belum hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku baca puisinya pas di gramed tapi bukunya ga tek beli huhuu

      Hapus
  2. Terima kasih, aku jarang baca novel, tapi karena sinopsis ini membuatku penasaran, oke deh otw baca...thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah membaca reviewnya, semoga jadi ketagihan baca bukunya ya!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baalveer: antara dongeng dan modernitas

source.net Dengan memanggil namanya, dia akan datang untuk menyelamatkan. Dengan melihatnya di tv, dia muncul bak superhero abad 20 yang begitu terkenal. Julukannya ‘pahlawan penyelamat anak-anak’. Serial India sedang membanjiri tanah air. Dimulai dari film, sinetron, hingga artis dari negeri Bollywood itu dicintai tayang di Indonesia. Hampir setiap tv terdapat tayangan yang berasal dari India. Salah satu serial drama yang saat ini hadir setiap hari di tv (sebut saja antv) menjadi salah satu tayangan favorit anak-anak. Baalveer, seorang anak yang terlahir dari peri bernama Baal Peri menjadi sosok yang paling dicintai anak-anak. Dengan baju berwarna oren, berselendang merah, serta tongkat sakti sebagai senjatanya, membuat dia dijuluki pahlawan bagi anak-anak. Di sela-sela pekerjaannya menyelamatkan anak-anak, dia pun sering muncul di tv. Mengapa Baalveer di tv? Beberapa episode Baalveer, ia sering tampil untuk mengklarifikasi segala hal yang berkaitan dengan anak-anak. Ter...

Lepas Setahun

Tepat di tanggal hari ini adalah setahun aku berhenti kerja dari seorang marketing di bidang kesehatan. Alasan memilih berhenti yang sudah aku pertimbangkan dengan matang, adalah memilih keluarga. Hasilnya, sebulan aku dihadiahi dengan positif kehamilan. Tapi kenangan itu masih tetap ada, juga pengalaman.  Sempat terpikir ketika masih bekerja dan belum menikah, aku memiliki keinginan untuk menjadi ibu rumah tangga. Rasanya lelah bekerja dari pagi hingga sore, dan baru gajian di akhir bulan membuat pikiran semacam itu terlintas. Aku ingin dinafkahi saja, dan menikmati hasil kerja suami tanpa berusaha sendiri. Hasilnya, pikiran yang hanya sekelebat itu terwujud sudah setahun lamanya.  Semua yang aku bayangkan waktu masih bekerja dulu ternyata jauh dari kenyamanan. Sehari, dua hari, sampai seminggu, rasanya bosan sekali berada di rumah sendirian. Aku bingung hendak melakukan kegiatan apa. Pekerjaan rumah yang tiada habisnya, atau menonton episode drakor yang berganti setiap mingg...