Ceritanya di sebuah alun-alun...
Adzan maghrib selesai berkumandang,
tapi aku dan temanku baru menuju masjid yang berada di samping kanan sebuah
lapangan alun-alun.
Selesai melepas sandal langsung mengambil
air wudlu dan bergegas ke pintu masjid. Ketika menyusuri teras masjid menuju
pintu masuk, terdengar kumandang takbir.
“Allohuakbar... Allohuakbar... Allohuakbar”
Aku dan kawanku Eci berhenti
berjalan dan saling tatap.
“Haa Takbir??” dengan ekspresi
heran dan senang.
Pikirku aku dan kawanku sama-sama
lupa sekarang malam takbir. Kami terlalu pusing mencari tugas fotografi hingga
tak menyadari sepanjang jalan melihat kambing dan sapi bahwa besok adalah Idul
Adha.
Kami mengacuhkan semua pertanda
tadi. Dan menganggap heboh kambing dan sapi yang banyak berada di mobil box
serta pinggiran jalan.
Terlebih aku tak menghiraukan pesan
ibu yang melarang pulang malam untuk malam ini. Aku kira ibu terlalu sering
mengingatkanku akan hal itu. Jadi pesan itu cukup aku dengarkan.
Nyatanya trenyuh mendengar
kumandang takbir. Selesai sholat maghrib di masjid seketika itu juga aku merasa
ingin pulang. Tak semangat lagi hunting foto dan lebih memilih pulang.
Aku masih beruntung dengan
mendengar kumandang takbir rasa kangen rumah bisa langsung teratasi. Berbeda dengan
temanku Eci yang harus meneteskan air mata untuk memendam rasa ingin pulangnya
lagi-lagi karena kumandang takbir.
Dan sekali lagi aku merasa sangat
beruntung. Karena ketika sampai di sekre segelintir teman-temanku masih duduk
menunggu malam dan tak ada kawan. Ada yang hanya duduk ditemani cemilan atau
laptop sedangkan yang lain candaan ringan bareng teman yang sama-sama tak
pulang. Sementara aku langsung temu rumah nonton tv bareng ibu dan saudara
tercinta.
Malam ini, rasa syukur masih berada
di rumah dan kota kelahiran selama hampir 20 tahun baru terasa. Setelah sebelumnya
selalu mengeluh karena tak pernah menjadi anak perantauan hingga hari besar
harus berada di tanah orang.
Aku benar-benar bersyukur. Gema takbir
berkumandang dengan syahdu menyentuh relung dan mengusik kerinduan. Semoga temanku
yang tak pulang tetap dapat merasakan dahsyatnya kumandang takbir atau minimal
merasakan enaknya sembelihan daging hehe.
Sekian J
Komentar
Posting Komentar