Langsung ke konten utama

Dahsyatnya Gema Takbir (Idul Adha)

source.net

Ceritanya di sebuah alun-alun...
Adzan maghrib selesai berkumandang, tapi aku dan temanku baru menuju masjid yang berada di samping kanan sebuah lapangan alun-alun.
Selesai melepas sandal langsung mengambil air wudlu dan bergegas ke pintu masjid. Ketika menyusuri teras masjid menuju pintu masuk, terdengar kumandang takbir.

“Allohuakbar... Allohuakbar... Allohuakbar”

Aku dan kawanku Eci berhenti berjalan dan saling tatap.
“Haa Takbir??” dengan ekspresi heran dan senang.
Pikirku aku dan kawanku sama-sama lupa sekarang malam takbir. Kami terlalu pusing mencari tugas fotografi hingga tak menyadari sepanjang jalan melihat kambing dan sapi bahwa besok adalah Idul Adha.

Kami mengacuhkan semua pertanda tadi. Dan menganggap heboh kambing dan sapi yang banyak berada di mobil box serta pinggiran jalan.
Terlebih aku tak menghiraukan pesan ibu yang melarang pulang malam untuk malam ini. Aku kira ibu terlalu sering mengingatkanku akan hal itu. Jadi pesan itu cukup aku dengarkan.

Nyatanya trenyuh mendengar kumandang takbir. Selesai sholat maghrib di masjid seketika itu juga aku merasa ingin pulang. Tak semangat lagi hunting foto dan lebih memilih pulang.
Aku masih beruntung dengan mendengar kumandang takbir rasa kangen rumah bisa langsung teratasi. Berbeda dengan temanku Eci yang harus meneteskan air mata untuk memendam rasa ingin pulangnya lagi-lagi karena kumandang takbir.

Dan sekali lagi aku merasa sangat beruntung. Karena ketika sampai di sekre segelintir teman-temanku masih duduk menunggu malam dan tak ada kawan. Ada yang hanya duduk ditemani cemilan atau laptop sedangkan yang lain candaan ringan bareng teman yang sama-sama tak pulang. Sementara aku langsung temu rumah nonton tv bareng ibu dan saudara tercinta.

Malam ini, rasa syukur masih berada di rumah dan kota kelahiran selama hampir 20 tahun baru terasa. Setelah sebelumnya selalu mengeluh karena tak pernah menjadi anak perantauan hingga hari besar harus berada di tanah orang.

Aku benar-benar bersyukur. Gema takbir berkumandang dengan syahdu menyentuh relung dan mengusik kerinduan. Semoga temanku yang tak pulang tetap dapat merasakan dahsyatnya kumandang takbir atau minimal merasakan enaknya sembelihan daging hehe.

Sekian J


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Yang Fana adalah Waktu

Judul Buku : Yang Fana Adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Tahun Terbit: 2018 Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Tebal : 146 halaman ISBN : 978-602-03-8305-7 Genre : Fiksi Pernah menjalani hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship ? Bagaimana rasa rindunya? Bagaimana penantiannya? Bagaimana rasa saling percaya yang ditumbuhkan? Begitu pun bagaimana menjaga hati agar tetap setia? Barangkali novel ketiga dari Trilogi Hujan Bulan Juni milik Sapardi Djoko Damono bisa menggambarkannya. Sinopsis Berkisah tentang Sarwono yang ditinggal pergi kekasihnya Pingkan, untuk menempuh pendidikan di Jepang. Mereka menjalani hubungan jarak jauh Solo-Kyoto Jepang, tapi tetap saling kirim kabar. Hingga suatu hari kepercayaan diantara keduanya sempat pudar, sebab ada orang ketiga yang membuatnya nyaman. Hal yang paling sulit dari hubungan jarak jauh adalah menjaga perasaan. Masing-masing dari mereka paham betul hati mereka tertuju pada siapa. Tapi, y

Review Buku 24 Jam Bersama Gaspar : Sebuah Cerita Detektif

Judul Buku       : 24 Jam Bersama Gaspar : Sebuah Cerita Detektif Penulis             : Sabda Armandio Alif Tahun Terbit    : 2017 Penerbit          : Mojok Tebal                : xiv + 228 halaman ISBN                 : 978-602-1318-48-5 Sebuah novel detektif bercerita perampokan toko emas namun tujuan utamanya menemukan kotak hitam. Sepanjang delapan bab, penulis membuat pembaca menerka isi kotak hitam. Apa alasan terbaik mencuri toko emas namun yang diincar justru sebuah kotak hitam? Namanya cerita detektif, jangan terkecoh dengan alur cerita. Bagi yang gemar mengikuti cerita detektif tentu selalu ada maksud tersembunyi dari semua cerita yang dimunculkan. Begini cerita 24 Jam Bersama Gaspar... Gaspar dan Perampokan Toko Emas Gaspar bukan nama sebenarnya, sedang merencanakan perampokan toko emas milik Wan Ali. Untuk melancarkan aksinya, Gaspar mengajak Agnes, Kik, Njet, Pongo, dan Pingi (bukan nama sebenarnya). Penggunaan nama samaran ini untuk melindung

Baalveer: antara dongeng dan modernitas

source.net Dengan memanggil namanya, dia akan datang untuk menyelamatkan. Dengan melihatnya di tv, dia muncul bak superhero abad 20 yang begitu terkenal. Julukannya ‘pahlawan penyelamat anak-anak’. Serial India sedang membanjiri tanah air. Dimulai dari film, sinetron, hingga artis dari negeri Bollywood itu dicintai tayang di Indonesia. Hampir setiap tv terdapat tayangan yang berasal dari India. Salah satu serial drama yang saat ini hadir setiap hari di tv (sebut saja antv) menjadi salah satu tayangan favorit anak-anak. Baalveer, seorang anak yang terlahir dari peri bernama Baal Peri menjadi sosok yang paling dicintai anak-anak. Dengan baju berwarna oren, berselendang merah, serta tongkat sakti sebagai senjatanya, membuat dia dijuluki pahlawan bagi anak-anak. Di sela-sela pekerjaannya menyelamatkan anak-anak, dia pun sering muncul di tv. Mengapa Baalveer di tv? Beberapa episode Baalveer, ia sering tampil untuk mengklarifikasi segala hal yang berkaitan dengan anak-anak. Ter