Dalam riuhnya
massa, aku menepi. Aku tau ibuku di dalam, dan aku di luar.
Dan hari ini, ketika semua
berkumpul, bersatu, aku menepi.
Menepi dari rombongan pejalan kaki
mahasiswa baru 2014 yang menolak UKT. Dan aku menepi untuk sekadar mendapatkan
gambar dari aksi ini. Tapi aku berada dalam lingkungan massa itu.
Tapi orang lain tak melihat
kronologis ceritaku. Ya, aku dianggap memalukan, mencemarkan nama baik dan
membuat onar. Ah, siapa aku sampai bisa dianggap seperti itu?
Aku anak unsoed. Dan ibuku pun
unsoed. Maka aku dianggap bagian dari unsoed pun bagian dari mahasiswa.
Aku dalam puncak somasi hari ini. Tak
ada berita yang mampu kutulis. Pulang pun ketika massa baru sampai di depan
gedung. Wawancara pun belum sampai korlap. Aku belum dapat data apa pun.
Tapi ibu melihat. Karena kawannya
yang melihatku. Padahal aku menepi. Disuruhnya pulang, aku pulang.
Aku dalam puncak somasi. Tak tahu
apa-apa hari ini. Impianku mengejar berita besar, pupus. Aku tak berhasil
menuliskan ini. Setahun aku menunggu untuk aksi ini, gagal. Aku tak berhasil
meliput aksi. Kekecewaan yang dirasa, liputan tak terselesaikan.
Aku dalam puncak somasi. Rupanya mendapat
pertentangan dari ibu dan keluarga. Mereka tak setuju aku meliput aksi. Ya,
karena dianggap demikian yang di atas.
Aku dalam puncak somasi. Terkungkung
dalam riuh, terjebak dalam izin, tergagalkan dalam misi.
tengah malam,
Rabu, 17 Desember 2014
Komentar
Posting Komentar