Judul Buku : 24 Jam Bersama Gaspar : Sebuah Cerita
Detektif
Penulis : Sabda Armandio Alif
Tahun Terbit : 2017
Penerbit : Mojok
Tebal : xiv + 228 halaman
ISBN : 978-602-1318-48-5
Sebuah novel detektif bercerita
perampokan toko emas namun tujuan utamanya menemukan kotak hitam. Sepanjang
delapan bab, penulis membuat pembaca menerka isi kotak hitam. Apa alasan
terbaik mencuri toko emas namun yang diincar justru sebuah kotak hitam? Namanya
cerita detektif, jangan terkecoh dengan alur cerita. Bagi yang gemar mengikuti
cerita detektif tentu selalu ada maksud tersembunyi dari semua cerita yang
dimunculkan. Begini cerita 24 Jam Bersama Gaspar...
Gaspar dan Perampokan Toko Emas
Gaspar bukan nama sebenarnya,
sedang merencanakan perampokan toko emas milik Wan Ali. Untuk melancarkan
aksinya, Gaspar mengajak Agnes, Kik, Njet, Pongo, dan Pingi (bukan nama
sebenarnya). Penggunaan nama samaran ini untuk melindungi semua yang terlibat
dalam aksi perampokan. Tak ketinggalan kendaraan kesayangannya yang tak mau
disebut motor bernama Cortazar juga akan diajaknya.
Selama 24 jam, petualangan Gaspar dimulai.
Tanpa menceritakan rencana perampokannya, Gaspar terus saja meyakinkan bahwa
sebenarnya teman-temannya yang lebih membutuhkan uang hasil perampokan itu.
Cortazar, motor yang bisa melaju sendiri tanpa dikendalikan |
Hasutan Gaspar akhirnya membawa
tiga lelaki, tiga perempuan, dan satu motor dalam aksi perampokan ini. Meski
sebenarnya yang menjadi daya tarik Gaspar adalah kotak hitam milik Wan Ali.
“Mulanya aku datang hendak mencari
cincin kawin untuk temanku, tetapi niatku berubah sejak Wan Ali menunjukkan
kotak hitam seukuran kardus telpon seluler dan berkata dalam logat Arab kental,
“Kalau kau kasih lihat isi kotak ini, jangankan pacar, calon mertuamu juga
minta dikawini.” (hlm 14)
Wan Ali dan toko emasnya rupanya menyimpan
banyak cerita. Wan Ali merupakan adik ipar dari Pingi. Pingi memiliki adik
perempuan bernama Maemunah yang menikah dengan Wan Ali.
Anak Pingi, yakni Pongo dan
istrinya bekerja di toko emas itu. Karena itu Gaspar membutuhkan orang dalam
untuk dapat mengambil kunci pintu toko emas milik Wan Ali. Selain itu Pongo yang
hidup dalam kemiskinan sangat membutuhkan uang agar tidak diancam cerai oleh
istrinya.
Sementara Njet, satu-satunya
mekanik yang bisa merawat Cortazar akan bertugas untuk menduplikat kunci yang
dibawa Pongo. Tak berbeda dengan Pongo, Njet juga sedang membutuhkan uang untuk
biaya pernikahannya bersama Kik (mantan pacar Gaspar), dan biaya persalinan Kik
(yang sedang mengandung anak Gaspar).
Untuk Agnes sebenarnya tak memiliki
hubungan dengan Wan Ali, maupun sedang tak butuh uang. Hanya kekesalannya batal
menonton konser musik rock Budi Alazon, membuatnya tak ada alasan lain untuk
ikut saja dalam rombongan perampokan.
Dengan iming-iming kotak hitam,
mulailah Gaspar meyakinkan semua teman-temannya bahwa kotak hitam itu akan
mengubah hidup mereka. Menurut Gaspar, informasi mengenai kotak hitam itu
didapatkan pertama kali dari Babaji, sopir pribadi ayahnya.
“Sebab kotak itu berisi seluruh
ilmu pengetahuan yang ada di jagat raya.” (hlm 119)
Tentang Kotak Hitam
“Wan Ali yang sedang tidur di sofa
kesayangannya sambil memeluk kotak hitam, mengucek-ucek matanya, lalu melihat
kami dan berdiri. Tangannya spontan mengambil sapu yang bersandar di tembok
belakang sofa. “Keluar!” (hlm 184)
Mulailah rencana Gaspar yang
sesungguhnya dijalankan. Masih sepuluh jam lagi untuk merampok toko emas Wan
Ali. Namun rombongan perampok ini datang untuk menyapa terlebih dahulu Wan Ali.
Awalnya teman-teman Gaspar tak
mengerti tentang percakapannya dengan Wan Ali. Hingga Gaspar mengeluarkan foto
seseorang bernama Bachtiar, yang tak lain adalah suami Pingi sekaligus ayah
Pongo.
“Sekarang katakan semua isi
obrolanmu bersama istrimu tentang orang ini (sambil menunjuk foto Bachtiar) sebelum
kita bertanding catur untuk pertama kali,” kata Gaspar. (hlm 185)
Berkilah. Wan Ali pura-pura lupa.
Sambil menodongkan senjata, Gaspar
terus mengancam Wan Ali untuk menceritakan semuanya.
Dan terungkaplah kejahatan pertama
Wan Ali yang diketahui mencelakai Bachtiar karena alasan bisnis. Menurut
pengakuan Wan Ali, seusai bertemu rekan bisnis, mobil yang dikendarai Wan Ali,
istrinya, dan Bachtiar menabrak truk yang sedang parkir. Nahas, Bachtiar
terjepit di bagian kemudi sementara Wan Ali dan istrinya justru meninggalkan
Bachtiar.
“Maafkan aku mbak. Maafkan aku,”
kata Wan Ali pada Pingi. (hlm 197)
Tak berhenti sampai di situ, Gaspar
masih mempertanyakan soal kotak hitam. Bukan pula kotak hitam yang sedari tadi
digenggam Wan Ali. Melainkan kisah dibalik kotak milik anak Wan Ali.
Kirana, gadis 12 tahun yang dipaksa
menikah dengan mitra bisnis Wan Ali. Sebulan setelah menikah, Kirana mendatangi
Gaspar sambil menangis dan bertanya kenapa vaginanya terus mengeluarkan darah
dan nanah. Awalnya Gaspar tak mengerti dengan semua yang terjadi pada Kirana.
Sampai akhirnya Kirana meninggal.
Tak merasa bersalah. Seperti biasa
Wan Ali mengelak.
“Apanya yang membunuh? Sebagai
orang tua yang baik aku wajib menikahkan anakku yang sudah siap menikah. Bukan
salahku dia bertemu jodohnya di usia dini. Aku merestui pernikahan mereka demi
kebaikan bersama.” (hlm 204)
Menyadarkan Wan Ali rasanya
percuma. Populasi orang baik seperti Wan Ali melakukan kejahatan demi kebaikan,
dan mereka akan selalu membela diri dengan cara seperti itu.
“Dan sekarang aku sudah mengerti.
Kalian sampah peradaban, mencari pembenaran melalui agama dan tetek bengek
sialan untuk membenarkan pedofilia dan memperkaya diri,” kata Gaspar. (hlm 205)
Ulasan Buku
Salah satu petikan tranksrip wawancara polisi dengan saksi |
Novel karya Sabda Armandio ini
menyajikan cerita detektif secara sederhana namun sangat mengena. Nilai moral utamanya
barangkali mengenai suatu kebaikan dan keburukan tak ada yang benar-benar
mutlak, perlu dikritisi lebih lanjut agar kita di zaman ini tidak terus-terusan
menjadi tumpul dan zalim. Seperti yang diungkapkan Arthur Harahap pada
pengantar novel ini.
Kisah Wan Ali seorang pengusaha
kaya raya, dan keturunan Arab tak menjamin perilakunya beradab. Bahkan anaknya
sendiri rela dijualnya demi memperkaya diri.
Sebaliknya sosok Gaspar dan
teman-temannya tak bisa dinilai buruk namun tak berarti baik pula. Main hakim
sendiri dan mengepung seseorang untuk membuatnya mengaku bersalah barangkali
tak dibenarkan. Namun, Gaspar hanyalah contoh kecil seseorang yang melakukan
tindakan untuk mengungkapkan suatu kebenaran dengan caranya sendiri. Rasa
empatinya pada Kirana telah mendorongnya untuk membalas dendam pada orang yang
telah membunuh gadis kecil itu. Nyatanya kebaikan dan keburukan tak bisa
dilihat hanya dari luar. Juga tak dapat dinilai hanya dari satu aspek saja.
Cerita ini menggunakan sudut pandang
orang pertama, dengan sosok Gaspar sebagai pencerita. Selain itu disisipi
transkrip wawancara salah satu saksi pelaku perampokan yang tertangkap polisi. Jadi
ketika membaca novel ini, selain membaca cerita dari sudut pandang Gaspar, juga
akan membaca transkrip wawancara mengenai kasus ini. Ada pula ilustrasi untuk
menggambarkan tentang tokoh-tokoh dalam cerita. Seperti Cortazar, Babaji,
hingga sosok Gaspar sendiri.
- Baca review novel lainnya: Mirah dari Banda
Komentar
Posting Komentar