(Jumat, 5/6)-Setiap hari di media massa dipenuhi berita tentang wabah covid-19. Bukan hanya di Indonesia, melainkan di seluruh dunia. Ya, dunia sedang dirundung duka. Banyak korban berjatuhan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Virus ini tak memandang usia. Suatu keprihatinan yang membuat segalanya yang menjadi kebiasaan harus berubah. Mulai dari bekerja dari rumah, sekolah dari rumah, pembatasan naik kendaraan umum, dan masih banyak kebiasaan atau rutinitas yang perlahan-lahan tergantikan dengan kebiasaan dan rutinitas yang baru.
Mari sejenak kita melihat wabah ini dari sisi yang positif. Bukan kaitannya dengan virus ini berdampak positif, tapi ada sisi lain yang bisa menjadi teladan semenjak adanya wabah covid-19 ini.
Berita tentang jumlah korban menjadi hal yang biasa, setiap hari masih memenuhi headline pemberitaan. Di sisi lain, berita dari segi humanisme juga mulai ramai di pemberitaan. Ya, tentang semangat berbagi.
Berbagi bagi sebagian orang barangkali menjadi hal yang biasa saja kala pandemi ini belum mewabah. Tapi, menjadi lain ketika dilakukan di tengah-tengah pandemi yang entah sampai kapan akan berakhir.
Pemberitaan mengenai kepedulian antar warga kini mulai ramai dilakukan di banyak tempat. Tak peduli yang berbagi merupakan warga berkecukupan atau kurang cukup. Nyatanya semangat untuk menolong sesama ada dalam diri masing-masing manusia.
Misalnya saja berita tentang salah satu anggota keluarga yang harus diisolasi karena menjadi pasien covid-19 dan harus menjalani isolasi mandiri. Tentu masih segar diingatan, betapa warga di sekitar tempat tinggal mereka berinisiatif mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Awalnya kabar ini datang dari salah seorang pengguna twitter, namun kemudian bermunculan beragam tanggapan di kolom komentar bahwa banyak juga warga yang melakukan tindakan demikian. Saling bahu membahu menolong warga yang terkena dampak pandemi covid-19.
Ada juga cuitan mengenai berbagi kepada ojek online. Kampanye beramai-ramai memesan makanan yang sudah dibayar, namun makanan tersebut sejatinya untuk pengendara ojek online. Hasilnya serupa, beragam respons diberikan. Paling banyak tentu mengikuti kampanye kebaikan ini.
Tentu masih ingat, bagaimana dampak yang ditimbulkan ketika awal wabah ini menjangkit negeri ini. Salah satu yang terkena dampak adalah pengendara ojek online. Pemasukan bisa dikatakan mati total karena dilarang membawa penumpang, dilarang beroperasi saat ada pembatasan, hingga akhirnya diperbolehkan hanya untuk menerima order makanan.
Hal lain yang sederhana juga ditunjukkan dengan saling berbagi di depan rumah atau pintu pagar. Masih hangat di pemberitaan ketika warga beramai-ramai menyematkan bantuan, uang, atau bantuan dalam bentuk apa pun di depan pagar rumah mereka. Bantuan tersebut diperuntukan bagi siapa pun yang melintasi depan rumah mereka. Syaratnya hanya satu kejujuran. Jujurlah ketika satu orang diperbolehkan mengambil satu bantuan.
Lagi, kampanye positif ini pun beramai-ramai ditiru oleh berbagai masyarakat.
Jika mengharap bantuan dari pemerintah, tentu jauh dari kata cukup. Pemerintah tentu tidak mendata orang-orang yang secara administratif kependudukan tidak tercatat. Misalnya saja mereka yang hidup di jalanan, tidak punya rumah, hidup di perantauan tanpa dokumen yang lengkap, orang-orang yang seperti ini sulit untuk menerima bantuan. Mereka menyandarkan nasib melalui kepedulian yang dilakukan dengan semangat berbagi di jalanan. Tujuannya adalah menyalurkan bantuan bagi mereka para tunawisma.
Biasanya yang melakukan bantuan seperti ini adalah para publik figur. Meskipun disisipi untuk keperluan konten media sosial mereka, namun semangat kepedulian dan berbagi mereka bisa menjadi contoh positif untuk masyarakat lainnya. Terbukti, banyak yang meniru pula kegiatan berbagi di jalanan.
Dari mulai orang biasa, hingga publik figur semuanya memiliki kesempatan untuk berbagi. Hal ini pun merambah pada acara yang digalakkan dari berbagai macam organisasi. Mulai dari organisasi di desa hingga organisasi tingkat nasional. Seakan-akan kepedulian telah menjadi hal pokok dalam diri manusia, dan berbagi sudah menjadi rutinitas baru yang dilakukan tanpa perlu disuruh.
Banyak juga produk yang menawarkan kampanye berbagi. Misalnya saja pembelian suatu produk berarti harga yang tertera sudah termasuk dalam kegiatan untuk berbagi. Tentu semua sukarela membeli suatu produk bisa sekaligus berdonasi.
Salah satu yang menjadi perhatian juga banyaknya korban PHK akibat dampak dari virus ini. Bantuan pun ramai dibentuk dari ragam organisasi untuk membantu korban-korban PHK agar tetap bertahap hidup. Sekadar bantuan yang sifatnya sementara tentu tidak akan cukup. Perlu ada rantai perekonomian baru untuk menanggulangi dampak dari PHK ini.
Hal ini dibuktikan dengan semakin maraknya cuitan di twitter tentang promosi produk dari korban hasil PHK. Baik itu produk makanan, maupun online shop lainnya. Simpati dan empati pun berdatangan. Kebanyakan merespons positif dan beberapa juga tertarik untuk membeli. Ada pula yang menawarkan diri untuk membantu foto produk secara gratis. Membantu sesuai kemampuannya masing-masing.
Tak ketinggalan dari bidang kesenian. Semenjak pandemi, tentu kita sering menonton konser yang ditujukan untuk amal, baik dari stasiun televisi maupun dari berbagai media sosial. Para seniman menggalang dana sesuai dengan kapasitas dan ranah mereka.
Banyak donasi berdatangan ketika penyelenggaraan konsel amal ini berlangsung. Masyarakat tentu memperoleh dua manfaat, pertama bisa ikut menikmati alunan lagu dan yang kedua bisa berdonasi dengan hanya satu kali klik.
Ragam donasi dengan cara yang baru semakin kreatif dilakukan. Tujuannya hanya satu, saling membantu. Mengurangi dampak yang semakin ditimbulkan karena wabah ini berlangsung sudah berminggu-minggu. Jika segalanya tetap diam, tentu tak akan membawa perubahan. Akhirnya masyarakat pun bergerak melakukan perubahan dari bidang mereka masing-masing.
Inilah beberapa kegiatan positif dari hasil pandemi ini. Sifat naluriah manusia yakni saling peduli menjadi sifat yang nyata dan masih ada di tengah-tengah kesulitan yang sama-sama mereka rasakan. Tentu yang ikut berbagi juga merasakan dampak dari pandemi ini, namun mereka masih memiliki kemampuan untuk ikut berbagi. Bahkan menjadi pelopor untuk saling peduli terhadap sesama.
Hal yang nyata sejatinya selama ini memang perlu ditonjolkan untuk meminimalisir ketakutan-ketakutan yang menyelimuti masyarakat karena banyaknya korban berjatuhan akibat virus corona ini. Masih belum adanya vaksin atau penyembuh bagi virus ini juga membuat masyarakat perlu waspada dan sebisa mungkin melakukan pencegahan terhadap covid-19 dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan di segala lini masyarakat.
Saat ini pemerintah akan mulai melakukan agenda new normal. Kebijakan yang sejatinya masih riskan untuk diterapkan saat ini. Pemerintah memang menghimbau untuk tetap saling menjaga kebersihan dan memberlakukan protokol kesehatan, namun demikian jika kebijakan pemerintah ini ternyata menimbulkan membludaknya jumlah korban virus corona, maka negeri ini akan kembali dikarantina. Sifat peduli juga perlu dimunculkan untuk saling menjaga dan mencegah penularan virus ini. Peduli bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk kesehatan orang lain.
Komentar
Posting Komentar