Jakarta (5/6), Berbagai kabar beredar bahwa Kemendikbud akan membuka sekolah kembali pada bulan Juli nanti. Banyak pihak menilai, rencana tersebut kurang tepat, mengingat wabah covid-19 belum juga reda. Jika kebijakan tersebut diterapkan tentu akan menuai pro dan kontra dari tenaga pendidik, siswa, maupun orang tua siswa. Kebijakan membuka kembali sekolah di tengah pandemi cukup beresiko, mengingat anak-anak juga salah satu yang rentan terkena covid-19.
Dalam kesempatannya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan, Kemendikbud belum berencana akan membuka sekolah kembali dalam waktu dekat. Butuh analisis dari berbagai pihak jika kebijakan itu akan diterapkan. Untuk meyakinkan bahwa sekolah belum akan dibuka dalam waktu dekat, Nadiem justru mengeluarkan surat edaran mengenai pembelajaran dari rumah.
Rencana pembukaan sekolah kembali pun menuai perhatian dari beberapa pemerhati pendidikan. Banyak diskusi yang mengungkapkan bahwa pemerintah menjadi tidak transparan mengenai jumlah kasus anak-anak yang positif covid-19. Hal ini tentu saja mengancam keselamatan anak-anak jika harus kembali bersekolah di tengah pandemi.
Kondisi imunitas anak tentu berbeda-beda. Pemerintah diharapkan tidak terburu-buru dalam mengambil kebijakan mengingat situasi dan kondisi saat ini di beberapa daerah jumlah positif covid-19 masih cukup tinggi.
Tak hanya pemerhati pendidikan, orang tua pun menjadi cemas jika anaknya kembali bersekolah di tengah pandemi yang masih mengancam kesehatan anak mereka. Salah satu orang tua yang anaknya bersekolah di sekolah negeri mengatakan, masih takut jika harus membiarkan anak bersekolah dalam waktu dekat. Hal ini karena, tidak semua fasilitas sekolah memenuhi standar untuk pembelajaran yang sesuai dengan protokol kesehatan. Tidak semua anak-anak juga bisa patuh untuk rajin cuci tangan, atau melakukan protokol kesehatan.
“Saya punya anak laki-laki kelas tiga sd, terlalu riskan jika dalam waktu dekat anak harus bersekolah jika kasus corona masih tinggi, ini disuruh belajar dari rumah saja anak-anak masih suka main sepeda. Ya tapi tetap dalam pengawasan tidak boleh jauh-jauh dari rumah, apalagi nanti kalo sekolah ketemu teman-teman yang banyak kan bahaya ngga tau pegang apa saja, main apa saja, cuci tangan apa enggak, masih khawatir pokoknya,” kata Santi.
Tak hanya orang tua yang khawatir, guru pun juga dirundung rasa cemas karena harus mengajar di kala wabah covid belum berakhir. Meski demikian, tak dipungkiri jika guru mulai bingung dengan metode pembelajaran jarak jauh. Tak banyak guru yang terbiasa dengan penugasan via online, sebagai alternatif kebanyakan guru di Indonesia hanya memberi tugas melalui aplikasi jejaring sosial Whatsapp, tanpa memberikan pengajaran secara langsung.
“Untuk penugasan memang rutin diberikan di grup whatsapp, termasuk sekarang juga sedang menjalani masa ulangan kenaikan semester. Tapi tetap saya membuka diskusi langsung dari orang tua wali murid atau atau siswa yang ingin bertanya seputar materi, sejauh ini si gurunya yang mengejar-ngejar wali murid untuk penugasan kadang kan nggak semua orang tua juga punya handphone,” kata Septi guru sekolah dasar.
Kendala pembelajaran jarak jauh yang dinilai kurang efektif juga salah satu alasan pemerintah berinisiatif segera membuka pembelajaran kembali di sekolah.
Beberapa anak-anak juga mengaku sudah bosan jika harus di rumah sepanjang hari. Kebanyakan beralasan, mereka menjadi tidak bisa bermain bersama teman-teman, dan belajar menjadi seadanya. Meski demikian, kesehatan tetap diutamakan di tengah pandemi yang belum berakhir ini.
Komentar
Posting Komentar