Langsung ke konten utama

What I'm Afraid Of?


Apa yang aku takutkan? Ngga banyak, karena sejujurnya aku orang yang pemberani wahaha.
Tapi jika ditanya ketakutanku, aku bisa menyebutkannya ngga lebih dari 5 macam. Kok sedikit? Iya karena ini ketakutan yang paling sering kurasakan.

Paling sering dan paling kelihatan yaitu aku takut ketinggian. Ketinggian dua meter di atas permukaan tanah aja udah ngeri liatnya. Apalagi berdiri di atas puncak gedung tertinggi di Kota Satria? Pasti ini kaki udah gemeter.

Awal ketakutanku, ketika umur 5 tahun ceritanya liburan ke Borobudur. Untuk pertama kalinya aku menaiki Borobudur sampai ke puncak tertinggi. Waktu naik si ngga masalah, ngga berani liat bawah juga. Eh pas turun, kaki langsung gemeteran dan akhirnya minta gendong. Udah lemes ini kaki ngga bisa ngelanjutin perjalanan ke bawah.

Dilanjut ketakutan yang kedua. Takut kalo ngantuk di kendaraan yang sedang berjalan. Terutama kendaraan yang melaju di malam hari. Baik itu motor, mobil, bus, apapun yang lajunya kencang. Bayanganku ketika ngantuk di kendaraan pasti bakal kecelakaan. Karena itu aku susah memejamkan mata kalo lagi naik kendaraan. Sekalipun bisa tertidur itu dibarengi dengan debaran jantung yang kencang, alhasil ngos-ngosan kaya abis lari. Padahal itu karena rasa takut (sedikit lebay hehe).

Yang ketiga aku takut sama tikus. Padahal sering liat tikus dimana-mana, di rumah sendiri di rumah tetangga bahkan di jalanan saat si tikus sedang berpindah dari rumah satu ke rumah lain. Hii apalagi tikus Jakarta yang namanya tikus wirog. Itu gedenya minta ampun. Jalannya lompat-lompat kaya keberatan badan. Hiii... antara jijik dan takut.

Cukup segitu ketakutan yang berani ku ekspos. Kalo ada rasa takut yang lain biarlah itu menjadi konsumsi pribadi hehe.


Sekian J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Yang Fana adalah Waktu

Judul Buku : Yang Fana Adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Tahun Terbit: 2018 Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Tebal : 146 halaman ISBN : 978-602-03-8305-7 Genre : Fiksi Pernah menjalani hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship ? Bagaimana rasa rindunya? Bagaimana penantiannya? Bagaimana rasa saling percaya yang ditumbuhkan? Begitu pun bagaimana menjaga hati agar tetap setia? Barangkali novel ketiga dari Trilogi Hujan Bulan Juni milik Sapardi Djoko Damono bisa menggambarkannya. Sinopsis Berkisah tentang Sarwono yang ditinggal pergi kekasihnya Pingkan, untuk menempuh pendidikan di Jepang. Mereka menjalani hubungan jarak jauh Solo-Kyoto Jepang, tapi tetap saling kirim kabar. Hingga suatu hari kepercayaan diantara keduanya sempat pudar, sebab ada orang ketiga yang membuatnya nyaman. Hal yang paling sulit dari hubungan jarak jauh adalah menjaga perasaan. Masing-masing dari mereka paham betul hati mereka tertuju pada siapa. Tapi, y...

Baalveer: antara dongeng dan modernitas

source.net Dengan memanggil namanya, dia akan datang untuk menyelamatkan. Dengan melihatnya di tv, dia muncul bak superhero abad 20 yang begitu terkenal. Julukannya ‘pahlawan penyelamat anak-anak’. Serial India sedang membanjiri tanah air. Dimulai dari film, sinetron, hingga artis dari negeri Bollywood itu dicintai tayang di Indonesia. Hampir setiap tv terdapat tayangan yang berasal dari India. Salah satu serial drama yang saat ini hadir setiap hari di tv (sebut saja antv) menjadi salah satu tayangan favorit anak-anak. Baalveer, seorang anak yang terlahir dari peri bernama Baal Peri menjadi sosok yang paling dicintai anak-anak. Dengan baju berwarna oren, berselendang merah, serta tongkat sakti sebagai senjatanya, membuat dia dijuluki pahlawan bagi anak-anak. Di sela-sela pekerjaannya menyelamatkan anak-anak, dia pun sering muncul di tv. Mengapa Baalveer di tv? Beberapa episode Baalveer, ia sering tampil untuk mengklarifikasi segala hal yang berkaitan dengan anak-anak. Ter...

Lepas Setahun

Tepat di tanggal hari ini adalah setahun aku berhenti kerja dari seorang marketing di bidang kesehatan. Alasan memilih berhenti yang sudah aku pertimbangkan dengan matang, adalah memilih keluarga. Hasilnya, sebulan aku dihadiahi dengan positif kehamilan. Tapi kenangan itu masih tetap ada, juga pengalaman.  Sempat terpikir ketika masih bekerja dan belum menikah, aku memiliki keinginan untuk menjadi ibu rumah tangga. Rasanya lelah bekerja dari pagi hingga sore, dan baru gajian di akhir bulan membuat pikiran semacam itu terlintas. Aku ingin dinafkahi saja, dan menikmati hasil kerja suami tanpa berusaha sendiri. Hasilnya, pikiran yang hanya sekelebat itu terwujud sudah setahun lamanya.  Semua yang aku bayangkan waktu masih bekerja dulu ternyata jauh dari kenyamanan. Sehari, dua hari, sampai seminggu, rasanya bosan sekali berada di rumah sendirian. Aku bingung hendak melakukan kegiatan apa. Pekerjaan rumah yang tiada habisnya, atau menonton episode drakor yang berganti setiap mingg...