Aku tak
pernah merasakan tinggal di lingkungan pesantren. Tapi hari itu membuatku
merasa menyelami lebih dalam lautan Islami di IPT J
Siapa sangka niatku untuk
mengikuti UKI masih berlanjut hingga kini menjadi tentor. Namun aku sedikit
beruntung atau malah satu-satunya pengurus yang hoki. Betapa tidak, selama aku
menjadi pengurus, aku sama sekali tak pernah mengikuti satu pun rangkaian persyaratan
menjadi pengurus, seperti magang dan mengikuti IPT. Mengikuti IPT itu wajib
bagi pengurus, lah aku udah sejauh ini eh sama sekali belum pernah ikut IPT.
Apa si IPT itu?
IPT kepanjangan dari Islamic Personality Training bahasa
singkatnya tekad (training kader). Karena aku sudah menjadi pengurus, justru
ini menjadi beban jika aku belum mengikuti IPT.
Nah, tanpa pikir panjang akhirnya
mengikuti IPT susulan bareng maba 2014 kulakukan. Aku ngga berpikir kalo nanti
disana aku paling tua, atau aku paling krik krik. Untungnya ada temen yang
ngajakin sesama 2013 Ani, jadi ya ayo cus ikut IPT.
Dan.... ternyata keboringan
terjadi.
Tak pernah merasakan tinggal di
lingkungan pesantren, membuatku kewalahan harus mengikuti ibadah tepat waktu.
Kalo sholat wajib mah mending, lah ini tahajud dan witir yang mesti bangun jam
1 atau jam 2 dini hari berturut-turut kan beraaaat banget buat aku yang masih
amatiran alias tak pernah melakukan hal itu sebelumnya.
Astaghfirulloh, kayanya aku mesti
banyak-banyak istighfar. Mengingat di hari pertama rasa mengeluh selalu
menyelimuti pikiran. Ditambah aku yang ngantukan tiap kali pemberian materi di
malam hari.
Lanjut di hari kedua. Untungnya pagi
ini tidak dimulai dengan pemberian materi, tapi diskusi perkelompok. Aduh.. aku
kira diskusi tentang kasus-kasus sosial atau paling ngga tentang politik, lah
ini tentang agama. Kali ini tokoh Islam, dan kelompoku kebagian Ibnu Khaldun. Lah
aku baru tahu nama tokoh Islam yang satu ini, sungguh. Gimana nanti presentasinya?? Kebingunan
melanda, ditambah aku sekelompok bareng maba semua, dari 4 orang cuma aku
angkatan 2013 -__-
Berusaha tenang meski waktu
berdiskusi telah habis dan kelompoku baru nulis judul dan satu kalimat. What???
Apa yang harus kulakukan?
Akhirnya aku tak melakukan apa pun
justru diam mendengarkan kelompok lain presentasi. Tapi aku ngga lempar
tanggung jawab. Aku meminta maba buat menuliskan apa apa yang udah aku beri
tanda. Selagi mereka mengerjakan aku mencoba fokus mendengarkan kelompok lain
dan mencoba aktif untuk bertanya. Ini tanya beneran aku yang kurang pengetahuan
tentang tokoh-tokoh Islam.
Tibalah di hari ketiga, hari
terakhir IPT. Kebiasaan bangun dini hari untuk sholat tahajud menjadi hal yang
aku tunggu-tunggu. Kapan lagi tahajudan berjamaah, di IPT ini membuat aku tak
merasa malas meski tidur kurang dari 8 jam. Justru segala kegiatan seperti
mandi dua kali sehari, sholat-sholat sunah, baca dan hafalan surat Al Quran
tetap bisa kulakukan dengan penuh semangat.
Aku yang sama sekali tak pernah
menghafal suratan selain surat-surat yang ada di juz amma, hari itu membuatku
semangat menghafal dituntun temanku yang bacaannya subhanalloh bagus bangeeet.
Kok rasanya 3 hari ini cepet
banget ya. Dari yang aku ngrasa ngga betah sampai akhirnya aku ingin IPT ini terus-terusan,
semuanya berlalu dengan cepat. Aku nyesel sempet ngrasa kalo IPT ini membuatku
kewalahan dalam beribadah. Justru sebaliknya, jika dilakukan terus menerus dan
menjadi kebiasaan malah bisa membuatku ketagihan untuk terus beribadah tepat
waktu.
Aku benar-benar merasakan suasana
pesantren meski aku sesungguhnya tak tahu seperti apa kehidupan pesantren. Tapi
3 hari itu memberiku pelajaran buaaanyaaak hal.
Aku ya aku, aku yang hanya aku.
Seorang wanita yang tak tahu apa
apa tentang ilmu agama, dan hari itu belajar meski niat tak selurus di awalnya.
Sekian J
Komentar
Posting Komentar