Langsung ke konten utama

Adik Paling Ambisius Sedunia

si Cantik baru terima rapor


Bibit-bibit ambisius si Adek sudah terlihat sejak SD kelas satu. Waktu itu ketika sedang menata buku di tasnya, si Adek nyeletuk begini,

Chika   : Mba, Chika kalo kelas dua mau jadi ketua kelas lah
Mbak   : Kenapa si
Chika   : Chika ngga suka sama ketua kelas yang sekarang, masa ketua kelas harusnya kan ngatur temen-temennya biar tertib eh malah ikutan lari-larian. Kan udah ditunjuk bu guru buat nyatetin temennya yang rame, malah ketua kelasnya ikut-ikutan rame, Chika jadi sebel. Pokoknya besok kalo Chika udah kelas dua mau jadi ketua kelas.
(Setelah mendengar penjelasan panjang lebar, jawaban mbaknya)
Mbak   : Ohiya, bagus lanjutkan.

Another story...
Ketika kelas dua, si Adek yang habis merengek minta dibelikan sepeda ternyata punya motivasi tersendiri alasan ingin bisa naik sepeda.

Chika   : Asik Chika dibeliin sepeda sama ibu
Mbak   : Ya sana latihan
Chika   : Tahu ngga mba Chika pengin sepeda buat apa?
Mbak   : Ya biar bisa naik sepeda lah
Chika   : Bukan itu. Biar nanti, kalo Chika kelas 6 udah bisa naik motor. Katanya kalo mau bisa naik motor kudu bisa naik sepeda jadi Chika mau belajar sepeda dari sekarang
Mbak   : Ha? Kelas 6 naik motor?
Chika   : Iya biar ngga kaya Mba Afi udah SMA belum bisa naik motor
Mbak   : Hahaha

**

Beberapa kali mendengar si Adek tekadnya begitu kuat, ambisinya menggebu-gebu kadang mbaknya cuma bisa melongo sejenak. Memilih untuk memuji atau mengernyitkan dahi. Pasalnya di usianya yang baru delapan tahun nalarnya seolah terlalu jauh, tapi bagus untuk memotivasi dirinya sendiri.
Ada lagi cerita unik ketika si Adek lagi ngobrol sama ibu menjelang tidur.

Chika   : Bu, nanti kalo Chika udah besar ibu tinggal sama Chika aja ya,
Ibu       : Emang kenapa?
Chika   : Ya kan nanti Chika udah kerja terus punya rumah sendiri, nah ibu tinggalnya sama Chika aja gausah sama kakak-kakak. Kan Chika paling sayang sama ibu.
Ibu       : Hahaha iya sayang. (Langsung dipeluk dan diciumi anak ibu ini).

Sama seperti mbaknya, ibu langsung kagum mendengar permintaan si anak bungsu. Bukan sekali dua kali si Adek nyeletuk sesuatu yang bikin kagum cenderung heran, tapi cukup sering. Ini masih bocah tapi pikirannya sudah dewasa.

Kesehariannya, si Adek ini senang sekali nonton tv. Karena lebih sering di rumah jadi hiburannya lebih banyak tontonan tv. Tak jarang tiap nonton tayangan yang menyedihkan si Adek mudah sekali menitikan air mata. Kalau ada adegan tangis-tangisan, kadang si Adek lebih memilih tutup mata, katanya “Takut air matanya jatuh lagi.”

Selain tayangan tv yang banyak menjual drama, untungnya si Adek masih senang dengan tontonan kartun. Hobinya kalau bukan ngobrol sama Spongebob, Upin Ipin, ya Adit Sopo Jarwo.

Sering lihat kan jika anak kecil gemar ngobrol sendiri ketika sedang bermain? Si Adek juga demikian. Kadang berujar sendiri seolah-olah sedang jadi juru masak sambil mengolah adonan dari lilin malam, kadang ngobrol sama boneka-bonekanya yang tiap bermain punya nama berbeda, kadang anteng lama banget sambil ngepangin rambut barbie yang sudah hampir rontok. 

Lebih jago lagi kalau soal games di hape. Ambisinya harus menyelesaikan semua level dalam permainan. Paling seneng share it mainan dari hape saudara langsung dimainkan di hape ibu. Terakhir lihat di hape ibu sudah ada 30 games, itu pun sering diam-diam ibu hapus karena memorinya penuh.

Ya begitulah si Adek. Dibilang dewasa, tapi tetap saja dunianya masih anak-anak yang senang bermain.

Dia paling bungsu tapi tak mau terlihat paling kecil. Dia ingin sejajar dengan ketiga mbaknya. Sebab itu lah selama ambisinya masih dalam koridor normal, lanjutttt terus. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Yang Fana adalah Waktu

Judul Buku : Yang Fana Adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Tahun Terbit: 2018 Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Tebal : 146 halaman ISBN : 978-602-03-8305-7 Genre : Fiksi Pernah menjalani hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship ? Bagaimana rasa rindunya? Bagaimana penantiannya? Bagaimana rasa saling percaya yang ditumbuhkan? Begitu pun bagaimana menjaga hati agar tetap setia? Barangkali novel ketiga dari Trilogi Hujan Bulan Juni milik Sapardi Djoko Damono bisa menggambarkannya. Sinopsis Berkisah tentang Sarwono yang ditinggal pergi kekasihnya Pingkan, untuk menempuh pendidikan di Jepang. Mereka menjalani hubungan jarak jauh Solo-Kyoto Jepang, tapi tetap saling kirim kabar. Hingga suatu hari kepercayaan diantara keduanya sempat pudar, sebab ada orang ketiga yang membuatnya nyaman. Hal yang paling sulit dari hubungan jarak jauh adalah menjaga perasaan. Masing-masing dari mereka paham betul hati mereka tertuju pada siapa. Tapi, y...

Baalveer: antara dongeng dan modernitas

source.net Dengan memanggil namanya, dia akan datang untuk menyelamatkan. Dengan melihatnya di tv, dia muncul bak superhero abad 20 yang begitu terkenal. Julukannya ‘pahlawan penyelamat anak-anak’. Serial India sedang membanjiri tanah air. Dimulai dari film, sinetron, hingga artis dari negeri Bollywood itu dicintai tayang di Indonesia. Hampir setiap tv terdapat tayangan yang berasal dari India. Salah satu serial drama yang saat ini hadir setiap hari di tv (sebut saja antv) menjadi salah satu tayangan favorit anak-anak. Baalveer, seorang anak yang terlahir dari peri bernama Baal Peri menjadi sosok yang paling dicintai anak-anak. Dengan baju berwarna oren, berselendang merah, serta tongkat sakti sebagai senjatanya, membuat dia dijuluki pahlawan bagi anak-anak. Di sela-sela pekerjaannya menyelamatkan anak-anak, dia pun sering muncul di tv. Mengapa Baalveer di tv? Beberapa episode Baalveer, ia sering tampil untuk mengklarifikasi segala hal yang berkaitan dengan anak-anak. Ter...

Lepas Setahun

Tepat di tanggal hari ini adalah setahun aku berhenti kerja dari seorang marketing di bidang kesehatan. Alasan memilih berhenti yang sudah aku pertimbangkan dengan matang, adalah memilih keluarga. Hasilnya, sebulan aku dihadiahi dengan positif kehamilan. Tapi kenangan itu masih tetap ada, juga pengalaman.  Sempat terpikir ketika masih bekerja dan belum menikah, aku memiliki keinginan untuk menjadi ibu rumah tangga. Rasanya lelah bekerja dari pagi hingga sore, dan baru gajian di akhir bulan membuat pikiran semacam itu terlintas. Aku ingin dinafkahi saja, dan menikmati hasil kerja suami tanpa berusaha sendiri. Hasilnya, pikiran yang hanya sekelebat itu terwujud sudah setahun lamanya.  Semua yang aku bayangkan waktu masih bekerja dulu ternyata jauh dari kenyamanan. Sehari, dua hari, sampai seminggu, rasanya bosan sekali berada di rumah sendirian. Aku bingung hendak melakukan kegiatan apa. Pekerjaan rumah yang tiada habisnya, atau menonton episode drakor yang berganti setiap mingg...