Langsung ke konten utama

Aku yang Egois


Tak gampang menulis judul di atas. Tapi ini mencoba membuka mata, melapangkan dada, melihat kenyataan bahwa aku sekarang ini agaknya menjurus ke arah demikian.
Yang ingin kuucap sebagai pembuka adalah “maaf”. Maaf untuk segala ke-egoisanku sekarang ini. Aku merasa kalian tak menjadi prioritas teman bermainku lagi. Dengan segala perbedaan jarak, kesibukan, dan kepentingan masing-masing, tak dipungkiri sekarang ini kita teramat jarang untuk bertatap muka. Bahkan sekadar menyapa lewat smspun tidak. Paling-paling hanya Lani yang masih sering mengirim pesan tentang keadaannya, dan bagiku itu hal yang tak terlalu penting, hehe. Meski aku kadang tertawa sendiri membaca sms Lani.

Kawan, sekarang ini berapa sering kita bertemu lengkap berempat seperti masa SMP dulu?
berapa sering kita bermain berempat untuk berkaraoke dan makan bersama?
dalam tahun ini saja adakah kita kumpul berempat untuk merayakan ulang tahun masing-masing?

Renungkan sendiri, apakah ada jawaban iya dari pertanyaan di atas?

Sekarang ini kita memang sudah tidak berada pada masa remaja awal, kita telah memasuki masa remaja akhir, dimana di masa ini kita sedang bermetamorfosis menjadi pribadi yang dewasa. Kita mulai menemukan jati diri seiring dengan usia kita yang semakin matang. Kita mulai meninggalkan kebiasaan kekanak-kanakan kita yang kita anggap tak penting. Semua itu berlangsung begitu saja mengalir tanpa kita ketahui meski kita merasakannya.

Bayangkan saja, ketika Nana baru balik dari Jogja, dia menyempatkan waktu untuk bermain bersama kita. Tapi jawabanku sering kali, “Maaf Na, aku mau rapat baksos.” Jawaban lain, “Maaf Na, aku lagi diklat, aku lagi kumpul UKM dan bla..bla..bla..”

Jarang sekali aku menjawab iya ajakan Nana. Aku selalu mementingkan urusan kampus ketimbang meluangkan waktu bermain dengan temanku yang jauh-jauh sedang menikmati masa liburannya. Aku terlalu egois dan memandang kegiatanku lebih penting dari segalanya bahkan untuk temanku sendiri. 


Terlebih lagi Lani. Dia yang satu universitas denganku saja untuk bisa bertemu sangat susah. Seringkali waktu kuliah kami berbeda. Sekalinya sama, waktunya hanya sebentar karena kepentingan kami yang berbeda-beda. Meskipun Lani sering sms, tapi biasanya sms Lani tak kuindahkan, aku benar-benar minta maaf. Sms hanya kubaca tanpa kuingat akan membalasnya.

Satu-satunya teman baikku yang berada dekat denganku justru aku sering mengabaikannya. Aku tak pernah peduli ketika dia sedang sedih, menangis, bahkan tertawa. Selama ini untuk bertemupun sangat jarang, padahal jarak kampus dan rumah kami cukup dekat. Maafkan aku yang egois kawan, aku terlalu senang dengan duniaku saat ini hingga kalian ku abaikan. 

Temanku yang satu ini, dia sangat sibuk. Semenjak berprofesi menjadi seorang guru paud, dunia bermainnya semakin berkurang. Dia sudah dipanggil ibu guru, bukan kakak atau mba lagi. Meski tingkahnya diantara kami berempat dia yang paling kekanak-kanakan, hehe.

Siapa sangka, nyatanya dalam perjalanan hidup justru dia yang paling cepat belajar menjadi dewasa dibandingkan kami bertiga. Tahukah kamu Dit, belakangan ini kami sering merasa kehilangan sosokmu yang manja, yang paling nakal, yang paling pede. Kami juga tahu tentang kesibukanmu, tapi kami seakan tak bisa mengerti tentang waktumu yang tak pernah ada untuk kami. Maaf, atas ketidakpengertian ini, jujur itu semua karena kami rindu. 

Aku memang tak pandai bernyanyi. Andai aku bisa menciptakan sebuah lagu, akan kubuat ini dengan judul Nyanyian untuk Sahabat. Namun nyatanya aku tak pernah dapat nilai bagus untuk bidang kesenian.
Aku memang tak pandai berkata-kata. Andai aku seorang pujangga, akan kutulis karya-karya sastra spektakuler yang khusus ku dedikasikan untuk kawan-kawanku.

Aku memang bukan semua itu, tapi aku hanya ingin membuat suatu cerita singkat tentang perjalanan kita berempat. Dan masa sekarang ini, adalah masa dimana kita sedang merasa jauh satu sama lain. Hanya ingin mengingatkan satu sama lain bahwa kita masih bisa bermain di lingkaran kita yang terdahulu.

Kita memang tidak bisa meninggalkan kegiatan masing-masing yang telah kita tekuni. Tapi untuk bersilaturrahim rasanya perlu untuk dibuat jadwal agar hal tersebut bisa kita lakukan secara rutin dan bersama-sama.

Kata ibuku, “Kalau sudah punya anak kita ngga akan bisa bermain dengan teman sekolah kita lagi, yang ada pasti kita sebagai ibu akan disibukan dengan kegiatan rumah tangga. Karena itu nikmatilah masa bermain selagi masih muda...”

Orang bilang, selagi muda ukirlah prestasi setinggi-tingginya.
Orang lain bilang, nikmatilah masa mudamu sebelum masa tua.
Ada orang lagi bilang, persahabatan itu semoga tak hanya di masa muda, tapi sampai tua kita akan tetap bersama meski dalam perbedaan yang begitu besar. 

Kalau simple-nya, persahabatan itu indah selagi kita masih muda, namun sahabat akan jauh lebih bermakna jika kita menjadi tua. InsyaAlloh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Yang Fana adalah Waktu

Judul Buku : Yang Fana Adalah Waktu Penulis : Sapardi Djoko Damono Tahun Terbit: 2018 Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Tebal : 146 halaman ISBN : 978-602-03-8305-7 Genre : Fiksi Pernah menjalani hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship ? Bagaimana rasa rindunya? Bagaimana penantiannya? Bagaimana rasa saling percaya yang ditumbuhkan? Begitu pun bagaimana menjaga hati agar tetap setia? Barangkali novel ketiga dari Trilogi Hujan Bulan Juni milik Sapardi Djoko Damono bisa menggambarkannya. Sinopsis Berkisah tentang Sarwono yang ditinggal pergi kekasihnya Pingkan, untuk menempuh pendidikan di Jepang. Mereka menjalani hubungan jarak jauh Solo-Kyoto Jepang, tapi tetap saling kirim kabar. Hingga suatu hari kepercayaan diantara keduanya sempat pudar, sebab ada orang ketiga yang membuatnya nyaman. Hal yang paling sulit dari hubungan jarak jauh adalah menjaga perasaan. Masing-masing dari mereka paham betul hati mereka tertuju pada siapa. Tapi, y

Review Buku 24 Jam Bersama Gaspar : Sebuah Cerita Detektif

Judul Buku       : 24 Jam Bersama Gaspar : Sebuah Cerita Detektif Penulis             : Sabda Armandio Alif Tahun Terbit    : 2017 Penerbit          : Mojok Tebal                : xiv + 228 halaman ISBN                 : 978-602-1318-48-5 Sebuah novel detektif bercerita perampokan toko emas namun tujuan utamanya menemukan kotak hitam. Sepanjang delapan bab, penulis membuat pembaca menerka isi kotak hitam. Apa alasan terbaik mencuri toko emas namun yang diincar justru sebuah kotak hitam? Namanya cerita detektif, jangan terkecoh dengan alur cerita. Bagi yang gemar mengikuti cerita detektif tentu selalu ada maksud tersembunyi dari semua cerita yang dimunculkan. Begini cerita 24 Jam Bersama Gaspar... Gaspar dan Perampokan Toko Emas Gaspar bukan nama sebenarnya, sedang merencanakan perampokan toko emas milik Wan Ali. Untuk melancarkan aksinya, Gaspar mengajak Agnes, Kik, Njet, Pongo, dan Pingi (bukan nama sebenarnya). Penggunaan nama samaran ini untuk melindung

Baalveer: antara dongeng dan modernitas

source.net Dengan memanggil namanya, dia akan datang untuk menyelamatkan. Dengan melihatnya di tv, dia muncul bak superhero abad 20 yang begitu terkenal. Julukannya ‘pahlawan penyelamat anak-anak’. Serial India sedang membanjiri tanah air. Dimulai dari film, sinetron, hingga artis dari negeri Bollywood itu dicintai tayang di Indonesia. Hampir setiap tv terdapat tayangan yang berasal dari India. Salah satu serial drama yang saat ini hadir setiap hari di tv (sebut saja antv) menjadi salah satu tayangan favorit anak-anak. Baalveer, seorang anak yang terlahir dari peri bernama Baal Peri menjadi sosok yang paling dicintai anak-anak. Dengan baju berwarna oren, berselendang merah, serta tongkat sakti sebagai senjatanya, membuat dia dijuluki pahlawan bagi anak-anak. Di sela-sela pekerjaannya menyelamatkan anak-anak, dia pun sering muncul di tv. Mengapa Baalveer di tv? Beberapa episode Baalveer, ia sering tampil untuk mengklarifikasi segala hal yang berkaitan dengan anak-anak. Ter