Tak gampang menulis judul di atas.
Tapi ini mencoba membuka mata, melapangkan dada, melihat kenyataan bahwa aku
sekarang ini agaknya menjurus ke arah demikian.
Yang ingin kuucap sebagai pembuka
adalah “maaf”. Maaf untuk segala ke-egoisanku sekarang ini. Aku merasa kalian
tak menjadi prioritas teman bermainku lagi. Dengan segala perbedaan jarak,
kesibukan, dan kepentingan masing-masing, tak dipungkiri sekarang ini kita
teramat jarang untuk bertatap muka. Bahkan sekadar menyapa lewat smspun tidak.
Paling-paling hanya Lani yang masih sering mengirim pesan tentang keadaannya,
dan bagiku itu hal yang tak terlalu penting, hehe. Meski aku kadang tertawa
sendiri membaca sms Lani.
Kawan, sekarang ini berapa sering kita bertemu lengkap berempat seperti
masa SMP dulu?
berapa sering kita bermain berempat untuk berkaraoke dan makan bersama?
dalam tahun ini saja adakah kita kumpul berempat untuk merayakan ulang
tahun masing-masing?
Renungkan sendiri, apakah ada jawaban
iya dari pertanyaan di atas?
Sekarang ini kita memang sudah tidak
berada pada masa remaja awal, kita telah memasuki masa remaja akhir, dimana di
masa ini kita sedang bermetamorfosis menjadi pribadi yang dewasa. Kita mulai
menemukan jati diri seiring dengan usia kita yang semakin matang. Kita mulai
meninggalkan kebiasaan kekanak-kanakan kita yang kita anggap tak penting. Semua
itu berlangsung begitu saja mengalir tanpa kita ketahui meski kita
merasakannya.
Jarang sekali aku menjawab iya ajakan
Nana. Aku selalu mementingkan urusan kampus ketimbang meluangkan waktu bermain
dengan temanku yang jauh-jauh sedang menikmati masa liburannya. Aku terlalu
egois dan memandang kegiatanku lebih penting dari segalanya bahkan untuk
temanku sendiri.
Terlebih lagi Lani.
Dia yang satu universitas denganku saja untuk bisa bertemu sangat susah.
Seringkali waktu kuliah kami berbeda. Sekalinya sama, waktunya hanya sebentar
karena kepentingan kami yang berbeda-beda. Meskipun Lani sering sms, tapi
biasanya sms Lani tak kuindahkan, aku benar-benar minta maaf. Sms hanya kubaca
tanpa kuingat akan membalasnya.
Satu-satunya teman baikku yang berada
dekat denganku justru aku sering mengabaikannya. Aku tak pernah peduli ketika
dia sedang sedih, menangis, bahkan tertawa. Selama ini untuk bertemupun sangat
jarang, padahal jarak kampus dan rumah kami cukup dekat. Maafkan aku yang egois
kawan, aku terlalu senang dengan duniaku saat ini hingga kalian ku abaikan.
Temanku yang satu
ini, dia sangat sibuk. Semenjak berprofesi menjadi seorang guru paud, dunia
bermainnya semakin berkurang. Dia sudah dipanggil ibu guru, bukan kakak atau mba
lagi. Meski tingkahnya diantara kami berempat dia yang paling kekanak-kanakan,
hehe.
Siapa sangka, nyatanya dalam
perjalanan hidup justru dia yang paling cepat belajar menjadi dewasa
dibandingkan kami bertiga. Tahukah kamu Dit, belakangan ini kami sering merasa
kehilangan sosokmu yang manja, yang paling nakal, yang paling pede. Kami juga
tahu tentang kesibukanmu, tapi kami seakan tak bisa mengerti tentang waktumu
yang tak pernah ada untuk kami. Maaf, atas ketidakpengertian ini, jujur itu
semua karena kami rindu.
Aku memang tak pandai bernyanyi. Andai aku bisa menciptakan sebuah lagu, akan kubuat ini dengan judul Nyanyian untuk Sahabat. Namun nyatanya aku tak pernah dapat nilai bagus untuk bidang kesenian.
Aku memang tak pandai berkata-kata. Andai
aku seorang pujangga, akan kutulis karya-karya sastra spektakuler yang khusus
ku dedikasikan untuk kawan-kawanku.
Aku memang bukan semua itu, tapi aku hanya ingin membuat suatu cerita singkat tentang perjalanan kita berempat. Dan masa sekarang ini, adalah masa dimana kita sedang merasa jauh satu sama lain. Hanya ingin mengingatkan satu sama lain bahwa kita masih bisa bermain di lingkaran kita yang terdahulu.
Kita memang tidak bisa meninggalkan
kegiatan masing-masing yang telah kita tekuni. Tapi untuk bersilaturrahim rasanya
perlu untuk dibuat jadwal agar hal tersebut bisa kita lakukan secara rutin dan
bersama-sama.
Kata ibuku, “Kalau sudah punya anak kita ngga akan bisa bermain dengan teman
sekolah kita lagi, yang ada pasti kita sebagai ibu akan disibukan dengan
kegiatan rumah tangga. Karena itu nikmatilah masa bermain selagi masih muda...”
Orang bilang, selagi muda ukirlah
prestasi setinggi-tingginya.
Orang lain bilang, nikmatilah masa
mudamu sebelum masa tua.
Ada orang lagi bilang, persahabatan itu semoga tak hanya di masa muda, tapi sampai tua kita akan tetap bersama meski dalam perbedaan yang begitu besar. Kalau simple-nya, persahabatan itu indah selagi kita masih muda, namun sahabat akan jauh lebih bermakna jika kita menjadi tua. InsyaAlloh
Komentar
Posting Komentar