Dosa apa negeri ini?
Salah apa negeri ini?
Hingga rakyatnya yang harus menanggung beban derita
ini...
Mengelus dada,
menghela napas. Melihat berita tentang korupsi rasanya terlalu biasa. Sudah menjadi
kebiasaan negeri ini disuguhi dengan berita demikian. Bukan hal baru, bukan
pula sesuatu yang ditunggu. Dari pejabat hingga rakyat jelata, semuanya sama rata
membagi hasil uang haramnya. Kesalahan demi kesalahan seakan perbuatan turun
temurun yang diajarkan si empunya uang. Banyak kasus yang menyeret bapaknya,
anaknya, pamannya, adiknya, sepupunya, mantunya besannya, ah... jika diurutkan
akan menjadi silsilah keluarga korup.
Apa tidak
malu mendapat predikat demikian?
Rasanya tidak.
Pasalnya ini terlalu wajar karena terjadi di negeri ini. Rasanya biasa-biasa
saja, masih bisa mengelak, masih bisa melempar kesalahan, jika sudah tersangka
pun masih bisa mendapat fasilitas mewah.
Hm..hm..hm...
Bisa apa
rakyat ini?
Hanya melihat
sambil menggerutu, hanya melihat sekadar ingin tahu, tapi tak adakah yang ingin
maju melawan dan bertarung.
Kita selalu
tutup mulut, meski katanya sudah bebas tanpa batas.
Kita selalu
tutup mata, meski jelas-jelas di depan mata.
Kita selalu
takut, meski kita berada dipihak yang benar, jujur dan tak bersalah.
Apakah kita
selalu begitu?
Kita bicara,
tapi kita tak punya kekuatan. Tembok di depan terlalu besar menghadang, hingga
kesalahan tertutup rapat-rapat oleh barisan di depan.
Kita melihat
dan melaporkan, tapi kita tak bisa melawan. Hingga akhirnya kita kalah dan
mereka menang.
Kita berani
selagi kita benar, tapi tak ada yang mendukung hingga akhirnya kita tak
mendapat hasil apa pun.
Dan
kesalahan turun temurun itu kembali dilakukan terus-menerus.
Siapa yang
benar, siapa yang salah?
Semuanya menjadi
kabur, entah mereka salah aku benar, atau aku salah mereka benar. Tak terlihat
dengan jelas, karena hampir merata semua pelaku dan banyak berjatuhan korban.
Kiranya hukuman
juga tak menghentikan kekhilafan para pelaku. Atau pelaku terlalu kuat karena
mereka banyak uang? Banyak uang bukan karena jerih payah, namun banyak uang karena
bekerja sama dalam menimbun kekayaan yang tak jelas asalnya.
Bagaimanakah
mengurangi dan menyudahi kesalahan ini?
Berbagai cara
telah dilakukan, banyak lembaga dibuat dengan tujuan yang sama. Nyatanya semakin
banyak cara yang ditempuh, korup-korup ini bagaikan nyamuk di kubangan air
hujan. Mereka semakin banyak dan semakin menjamur. Satu persatu semua komponen
ternyata juga pelaku. Satu persatu berusaha berkata jujur nyatanya mereka juga
pelaku.
Entah sampai
kapan negeri ini berhenti isak tangisnya. Jeritannya terlalu keras untuk
dirasakan rakyatnya. Rakyat yang tak tahu apa-apa menjadi tahu bahwa negeri ini
terlalu penuh orang-orang tak berilmu.
Negeri yang
sejatinya menjadi tempat terindah tanah kelahiran, kini telah kotor oleh
tangan-tangan tak bertanggung jawab.
Negeri yang
seharusnya menjadi tempat yang damai, kini telah dipenuhi dosa orang-orang yang
mendiaminya.
Semoga negeri
yang sama-sama kita cintai ini bisa sabar dan tabah menghadapi penghuninya,
semoga negeri ini bisa tersenyum kembali walau dalam hidup yang sederhana.
Semoga negeri
ini diampuni dosa-dosanya.
Komentar
Posting Komentar