Mungkin aku
terlalu bergantung pada orang lain.
Mungkin aku
belum bisa mandiri.
Mungkin aku
terlalu takut untuk melangkah sendiri.
Atau
mungkin aku terlalu manja meminta bantuan sana-sini.
Terlalu
banyak keraguan dalam hati hingga mempengaruhi langkahku untuk bergerak maju.
Kaki ini tertahan di zona yang itu-itu saja. Pikiran ini terbatas oleh
pemikiran yang biasa-biasa saja.
Aku masih
menjadi follower, belum mampu menjadi
leader. Aku masih sebatas menuruti
semua arahan, semua perintah, belum mampu menciptakan sejarah.
Aku memang
bukan siapa-siapa, mungkin tak akan menjadi apa-apa. Bukan maksud rendah diri,
hanya saja mencoba untuk lebih realistis memandang diri.
Aku tak
ingin seperti ini. Berkali-kali aku berlatih namun belum membuahkan hasil.
Selangkah lebih maju memang, namun masih tertinggal jauh dari yang lain.
Di saat
negeri ini merindukan sosok pemimpin, aku justru kehilangan jati diri sebagai
pemimpin muda. Tak ada niat memimpin, tak ada ide terpikir, tak ada tindakan
terealisir.
Banyak
orang yang hanya bisa mengkritik pemimpin, namun dirinya sendiri tak pernah mau
ditunjuk untuk memimpin. Aku tak mau seperti itu. Aku sudah menjadi penakut,
maka aku tak mau menjadi kritikus.
Aku ingin
belajar, aku mau melatih diri. Melihat sosok pemimpin memang menyenangkan,
memandangnya dan mempelajari gerak-gerik dan pemikirannya. Pemikiran seorang
pemimpin yang ambisius sangat memotivasi pengikutnya menjadi contoh yang patut
ditiru.
Jika dalam
pemerintahan ada partai penguasa dan partai oposisi, dalam kepemimpinan juga
harus demikian agar ada yang mengawasi. Agaknya aku belum mampu berada di kedua
posisi itu, pemimpin atau pengawas.
Aku ingin belajar kedua-duanya, terlebih
sebagai seorang pemimpin.
Dalam
belajar aku butuh bimbingan, butuh diawasi dan butuh bantuan. Bukannya ingin
menjadi sosok yang manja, namun dalam melatih diri perlu semua komponen itu.
Tapi,
mungkin saja itu semua tidak benar. Ada yang memang sudah memiliki jiwa pemimpin
sehingga dia berani walau menghadapi hal baru atau hal sesulit apa pun. Orang
yang memiliki keberanian seperti itu layak untuk menjadi pemimpin.
Dalam waktu
dekat negeri ini akan memilih pemimpin baru. Mungkin rakyatnya sudah bosan
melihat pemimpin yang itu-itu saja, yang jadinya begini-begini saja. Mungkin
rakyat merasa tak ada perubahan berarti selama negeri ini berganti pemimpin
berkali-kali. Mungkin rakyat sudah jenuh memiliki pemimpin yang bisa saja belum
mampu memimpin dirinya sendiri. Mungkin rakyat masih mau memilih sebatas
formalitas saja. Ah, memalukan.
Semoga
tidak semua rakyat berpikiran sama seperti itu.
Hanya saja
aku dan semua orang sama, merindukan sosok pemimpin. Pemimpin yang seperti apa?
Pemimpin yang bagaimana? Banyak jawaban dari pertanyaan ini. Maklum kita ini
terdiri dari ratusan juta jiwa untuk menyatukan pandangan pasti susah. Kita
diberi pemimpin yang seperti apa pun, pasti kita pintar mencari celah untuk
mencelanya. Padahal jika kita ditunjuk untuk menjadi pemimpin, pasti kita akan
bersembunyi.
Jangan
seperti itu, belajarlah untuk menjadi pemimpin.
Jika kita belum mampu memimpin orang lain, mulailah dengan belajar memimpin diri kita sendiri. Semoga dengan begitu tergerak hati kita untuk mencalonkan diri menjadi seorang pemimpin.
Aku
merindukan sosok pemimpin
Komentar
Posting Komentar